Sukses

Trivia Saham: Mengenal Take Profit dan Cut Loss

Khusus untuk aksi jual, ada dua kemungkinan yang bakal dihadapi kalangan investor, yaitu take profit atau cut loss.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam transaksi perdagangan, umumnya ada dua aktivitas utama yakni jual dan beli. Hal itu juga berlaku dalam perdagangan di pasar modal.

Biasanya, untuk menentukan pembelian atau penjualan, investor akan mempertimbangkan dari sisi fundamental dan teknikal suatu saham.

Khusus untuk aksi jual, ada dua kemungkinan yang bakal dihadapi kalangan investor, yaitu take profit atau cut loss.

Secara garis besar, profit taking dapat diartikan sebagai tindakan menjual saham yang dimiliki atau yang telah dibeli, setelah mencapai level harga atau target yang direncanakan. Sehingga aksi ini dapat membantu investor mengurangi risiko dari volatilitas harga saham.

Merujuk laman investopedia, Minggu (31/10/2021), profit taking dapat ditentukan dan dievaluasi kembali selama periode holding suatu investasi. Target keuntungan awal dapat dibuat saat perdagangan pertama kali dilakukan. Hal ini tergantung apakah seseorang merupakan trader atau investor.

Trader merupakan pelaku trading atau perdagangan saham yang dilakukan dalam waktu singkat. Sehingga target profit yang dibidik biasanya lebih rendah. Adapun investor merupakan pelaku investasi yang memiliki horizon waktu lebih panjang, bahkan sampai bertahun-tahun. Sehingga target profit yang dicanangkan juga lebih tinggi.

Seperti perdagangan pada umumnya, investor atau trader yang bertindak sebagai penjual, selain bisa mendulang profit atau untung, juga bisa mengalami rugi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Cut Loss

Namun, dalam perdagangan saham, investor dapat menekan kerugian dengan melakukan cut loss. Sederhananya, cut loss merupakan upaya yang dilakukan investor untuk membatasi kerugian dengan cara menjual saham karena harga saham bergerak berlawanan.

Memang, dalam beberapa situasi investor bisa saja menahan saham untuk dijual meski harganya mengalami koreksi, dengan asumsi harga akan kembali naik di masa mendatang.

Namun, investor perlu memiliki perhitungan sejauh mana batas toleransi atas koreksi tersebut. Sehingga kerugian yang lebih besar dapat diminimalkan.

Langkah ini dapat dilakukan salah satunya dengan upaya stop loss. Yakni teknik memasang order yang dibaca otomatis oleh sistem saat posisi harga sahamnya menyentuh level tertentu.

 

 

Â