Sukses

Blue Bird Kantongi Pendapatan Rp 1,44 Triliun hingga Kuartal III 2021

PT Blue Bird Tbk mampu menekan rugi bersih hingga September 2021. Hal ini terjadi di tengah PPKM.

Liputan6.com, Jakarta - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak terhadap kinerja PT Blue Bird Tbk (BIRD). Akan tetapi, PT Blue Bird Tbk mampu menekan rugi dan pendapatan turun tipis hingga September 2021.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Blue Bird Tbk mencatat pendapatan Rp 1,44 triliun hingga September 2021. Realisasi pendapatan itu turun 6,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,55 triliun.

EBITDA Perseroan juga turut meningkat. EBITDA yang dihasilkan adalah Rp 248 miliar hingga September 2021, naik Rp 12,5 miliar dibandingkan September 2020.

Beban langsung perseroan naik dari Rp 1,29 triliun hingga kuartal III 2020 menajdi Rp 1,17 triliun hingga kuartal III 2021. Perseroan mencatat kenaikan laba bruto 8,74 persen menjadi Rp 275,89 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 253,70 miliar.

Beban usaha turun Rp 46,2 miliar pada sembilan bulan pertama 2021 menjadi Rp 384,54 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 430,73 miliar.  Perseroan menyebutukan strategi efisiensi yang diterapkan dalam lini pendukung operasi perseroan sehingga beban usaha turun per kuartal III 2021.

Dengan demikian, rugi usaha perseroan turun menjadi Rp 108,64 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 177,02 miliar.

PT Blue Bird Tbk menekan rugi bersih dengan susut sekitar 58 persen. Tercatat rugi bersih perseroan Rp 66,3 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 158 miliar.  

Rugi per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 26 hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 62.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Total Liabilitas dan Aset

Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 1,54 triliun hingga September 2021 dari periode Desember 2020 sebesar Rp 2,01 triliun. Total ekuitas susut menjadi Rp 5,07 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode Desember 2020 sebesar Rp 5,23 triliun.

Total aset merosot menjadi Rp 6,62 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 7,25 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 739,92 miliar hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 798,85 miliar.

Sedangkan debt to equity ratio pada 30 September 0,3 kali dinilai menunjukkan posisi neraca yang sangat sehat dan perseroan masih memiliki ruang sangat lebar untuk ekspansi.

Di sisi lain, mulai April 2021, didukung kondisi keuangan perseroan yang makin membaik, perseroan telah akhiri masa relaksasi pembayaran pinjaman ke bank dan mulai membayar pokok pinjaman dengan normal.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 29 Oktober 2021, saham BIRD naik 4,96 persen ke posisi Rp 1.480 per saham. Saham BIRD dibuka stagnan Rp 1.410 per saham.

3 dari 4 halaman

Penjelasan Blue Bird

Perseroan menyebutkan, selain PPKM yang diberlakukan di 2021, Januari dan Februari 2020 pendapatan Perseroan masih berada dalam masa normal sebelum pandemi. Dengan kinerja Perseroan pada saat itu sedang sangat baik dengan rata-rata pendapatan Perseroan pada Januari-Februari 2020 naik sekitar 7 persen dibandingkan Januari-Februari 2019.

Apabila dibandingkan antara periode pandemi di 2020 dan 2021, performa Perseroan dinilai membaik pada sembilan bulan pertama 2021.

Rata-rata pendapatan per bulan periode pandemi (Januari-September) 2021 naik Rp 24 miliar atau 17,5 persen dibandingkan rata-rata pendapatan per bulan periode pandemi (Maret-Desember) 2020, yang menunjukkan Perseroan pada jalur pemulihan yang kuat dan mampu menghadapi goncangan pandemi lebih baik dibandingkan tahun lalu.

4 dari 4 halaman

Ekspansi Blue Bird

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menuturkan, pembatasan mobilitas masyarakat adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam memerangi pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Kami telah belajar banyak dari tahun 2020 dalam menyikapi pembatasan mobilitas masyarakat melalui berbagai program efisiensi untuk mengurangi beban Perseroan,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (31/10/2021).

Namun di sisi lain, ia menuturkan, perseroan  terus memberikan layanan yang aman nyaman dan higienis dengan menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Selain itu,  memberikan kemudahan bagi customer untuk melakukan pemesanan taksi perseroan  di berbagai platform dan semakin mengembangkan alternatif pembayaran cashless yang semakin diminati oleh masyarakat

Sigit menuturkan, Bluebird masih menjadi perusahaan yang kuat dan terus berkembang di tengah kondisi pandemi.

"Banyak perusahaan transportasi yang sudah bertumbangan akibat pandemi. Namun fakta bahwa Bluebird masih bertahan dan terus mengembangkan bisnisnya adalah bukti dari kepercayaan masyarakat terhadap layanan Bluebird dan tata kelola perusahaan yang prudent serta berorientasi kepada customer,” tambahnya.

Sejak 2020 Perseroan sudah masuk dalam bisnis pengiriman barang untuk meningkatkan utilitas armada taksi Perseroan. Perseroan sudah bekerja sama dengan beberapa partner lain seperti Indogrosir, Paxel, Union Group, Kem Chicks, Kereta Api Indonesia dan lain-lain. Pada 2021, layanan

pengiriman barang Bluebird Kirim sudah masuk sebagai alternatif pengiriman barang di Shopee yang merupakan marketplace e-commerce terbesar kedua di Indonesia.

Ke depan, Perseroan akan berekspansi untuk masuk sebagai alternatif pengiriman dalam berbagai platform e-commerce lainnya mengingat potensi bisnis yang cukup besar dari segmen ini.