Liputan6.com, Jakarta - Miliarder dan tangan kanan investor Warren Buffett, Charlie Munger mengagumi kehebatan pemerintah China dalam mengelola ledakan ekonomi bahkan lebih baik dari Amerika Serikat (AS).
Vice Chairman Berkshire Hathway (BRKA), Munger mengatakan sangat terkesan atas Beijing mengakui masalah krisis ekonomi yang luar biasa dan berpotensi tidak terkendali.
"China mengambil tindakan keras di tengah-tengah para pelaku pasar menunggu kegagalan besar di sektor properti. Tentu saja saya mengagumi itu. Dalam hal ini, mereka (China) lebih bijaksana daripada kita (AS),” ujarnya dilansir dari laman CNN, ditulis Minggu (7/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Di usia yang tidak lagi muda, Warren Buffet, teman lama sekaligus mitra bisnis Munger, mencatat ideologi yag kontras dari dua ekonomi terbesar dunia itu.
“Saya senang China lebih pintar menangani bom daripada kapitalis AS. Tapi saya tahu banyak orang yang lebih pintar dari saya. Bukankah kita terkadang memiliki bangsa yang lebih pintar dari kita dalam beberapa hal?” tambah Charlie Munger.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengukir Sejarah Dunia
Munger juga mengangkat topi atas pertumbuhan pesat di China dapat mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan.
"Ini adalah sebuah pencapaian paling luar biasa dalam sejarah umat manusia tentang apa yang telah dicapai orang China dalam 30 tahun terakhir," ungkap Munger saat pertemuaan pemegang saham tahunan Berkshire pada awal Mei.
Di musim panas, Munger menuai kritik setelah memuji pemerintah China karena telah membungkam Jack Ma dari Alibaba ( BABA ). Munger berpendapat mengatakan apa yang dilakukan China adalah hal tepat dan berharap regulator keuangan AS bisa bertindak layaknya China.
Eksekutif Berkshire Hathaway menegaskan Munger tidak menyesali komentar itu. "Menyesal? Saya akan menyesal tidak membuatnya," kata Munger.
Advertisement
Kendalikan Pertumbuhan Penduduk
Miliarder itu memberikan acungan jempol atas kemampuan China mengatasi masalah kelebihan penduduknya melalui langkah-langkah agresif. Kebijakan tersebut bermaksud guna mengendalikan pertumbuhan penduduk.
"Regulator AS tidak dapat melakukan itu dalam demokrasi nyata seperti AS. China memiliki masalah yang tidak kita miliki. Mereka membutuhkan metode yang lebih keras daripada yang biasa kita gunakan di bawah Konstitusi kita. China beruntung membuat aturan yang tepat saat menghadapi masalah populasi,” tutur Munger.
China menerapkan kebijakan keluarga berencana yang ketat, termasuk kebijakan satu anak. Artinya regulasi sudah berjalan kurang lebih 35 tahun. Aturan tersebut China berupaya agar tidak terjadi krisis demografi.
Sayangnya kebijakan yang sudah terlaksana sejak 1980-an justru menimbulkan masalah baru. Hal ini sudah ditandai dengan terlalu sedikitnya penduduk usia kerja. Baru-baru ini, Beijing mengumumkan pemberian izin bagi pasangan untuk memiliki tiga anak.
Tidak untuk Sistem Pemerintahan
China telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa dekade. Sayangnya negara tirai bambu itu mendapat kecaman atas peristiwa kekerasan Hak Asasi Manusi (HAM). Pada Maret, beberapa negara seperti AS, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa mengumumkan sanksi kepada pejabat China karena pelanggaran HAM serius terhadap muslim Uyghur.
Saat ditanya terkait tuduhan pelanggaran HAM dan kekhawatiran gaya pemerintahan otoriter China, Munger menjawab lebih menyukai kondisi di Amerika Serikat
"Benar bahwa saya lebih suka sistem AS, tetapi menilik masalah yang dihadapi China, saya berpendapat sistem China telah bekerja lebih baik untuk negaranya dibadingkan sistem AS,” jelasnya.
Menurut Munger setiap insak hendaknya berpikiran berasumsi setiap negara lain di dunia tidak harus mengimplementasikan tipe pemerintahan layaknya AS.
“Menurut saya itu sombong dan egois karena apa yang tepat untuk kita belum tentu cocok dengan negara lain," ungkap Munger.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement