Liputan6.com, Jakarta -- PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) akan mulai menggelar periode pelaksanaan management and employee stock option program atau program kepemilikan saham manajemen dan karyawan (MESOP).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (9/11/2021), Bukalapak menyampaikan, dalam pelaksanaan MESOP ini, jumlah hak opsi yang dikonversi untuk periode pelaksanaan sebanyak-banyaknya 5.060.345.150 saham.
“Hak opsi yang belum dikonversi pada periode pelaksanaan ini dapat dilakukan pada periode pelaksanaan berikutnya,” tulis manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi BEI.
Advertisement
Baca Juga
Periode pelaksanaan program MESOP dilakukan selama 30 hari bursa terhitung sejak 15 November 2021-24 Desember 2021. Adapun harga pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya Rp 783. Dengan demikian, pelaksanaan program MESOP ini Rp 3,96 triliun.
Program MESOP ini merujuk kepada Pasal 43A Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32/POJK.04/2015 tentang penambahan modal perusahaan terbuka dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (sebagaimana diubah dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 14/POJK.04/2019).
Selain itu, Surat Edaran PT Bursa Efek Indonesia Nomor SE-00002/BEI/03- 2020 tanggal 2 Maret 2020 perihal tata cara pelaksanaan program kepemilikan saham.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukalapak Bersama Kemenkop UKM Gelar Roadshow Klinik UMKM
Sebelumnya, PT Bukalapak.com Tbk atau Bukalapak (BUKA) bersama Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencetuskan sebuah program dengan tajuk Roadshow Klinik UMKM - “Berdayakan UMKM Lahirkan Pahlawan Digital Baru”.
Program tersebut diddukung pula oleh mitra-mitra kolaborasi lain. Antara lain, LPDB, Smesco, Kartu Prakerja, dan ICCN, yang bertujuan membantu pemulihan ekonomi nasional melalui UMKM.
Sekaligus menjembatani kesenjangan bisnis offline Indonesia dan ekonomi digital dengan mengatasi kesulitan dan tantangan para UMKM melalui pelatihan seputar akses bisnis, pembiayaan, serta akses ke pemasaran.
Sesuai data yang disajikan oleh Kemenkop UKM, 37 persen dari pelaku ekonomi digital Indonesia selama pandemi merupakan pengguna baru, dan sebanyak 56 persen berasal dari luar kota besar.
Di sisi lain, Indonesia berhasil mencatatkan USD 44 juta atau sekitar Rp 640 triliun dari kegiatan ekonomi digital, dengan potensi untuk tumbuh hingga USD 124 juta atau Rp 1,7 triliun pada 2025.
Untuk itu, program ini menjadi penting untuk menyasar para pelaku UMKM offline dari berbagai sektor, termasuk 3,6 juta warung tradisional.
Meskipun terdapat perkembangan yang sangat menggembirakan dari UMKM di Indonesia, perjalanan untuk mencapai pertumbuhan digital dan target nasional sebesar 30 juta UMKM yang tergabung dalam ekosistem digital masih panjang.
Saat ini masih banyak tantangan yang menghambat para pelaku UMKM, terutama yang berada di luar kota besar di Indonesia. CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh UMKM sangat kompleks dan beragam.
"Tantangannya, mulai dari tidak adanya infrastruktur yang mampu membuat usaha mereka lebih berkembang, kurangnya permodalan untuk memperbanyak variasi produk. Serta tidak meratanya adopsi teknologi dan juga masih minimnya inklusi keuangan yang mempersulit mereka dalam melakukan transaksi,” beber Rachmat, dalam keterangan resmi, Jumat, 29 Oktober 2021.
Advertisement
Awali Program di Dumai
Mengawali rangkaian program Roadshow Klinik UMKM, telah digelar program pelatihan yang pertama dengan target para pelaku offline UMKM di kota Dumai, kepulauan Riau.
"Semoga para peserta UMKM yang mengikuti kegiatan ini dapat memperoleh manfaat serta memaksimalkan potensi yang mereka miliki, sehingga kita bisa bersama-sama membangun perekonomian negara kita,” ujar dia.
Hingga saat ini, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebutkan setidaknya 15,9 juta UMKM telah terhubung ke dalam ekosistem digital. Angka ini meningkat hampir 100 persen dibanding sebelum pandemi.
"Namun, tidak cukup hanya mengakselerasi hadirnya UMKM di platform digital. Perlu adanya pendekatan ekosistem dari hulu ke hilir dan pendampingan agar dapat mengoptimalkan sepenuhnya platform digital,” kata Teten.
Sementara Deputi Kewirausahaan Kemenkop UKM, Siti Azizah mengatakan, kerjasama ini sangat strategis karena membuka akses pasar UMKM kepada ratusan pengguna setiap bulannya.
"Dari kombinasi perubahan perilaku konsumen akibat pandemi dan berbagai program yang telah pemerintah laksanakan, saat ini terlihat digitalisasi UMKM di Indonesia menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kami mengharapkan jumlah UMKM yang terhubung dengan digital akan terus meningkat,” ujarnya.