Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pasar modal syariah di Indonesia kini sudah berkembang pesat dan semakin menarik. Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi menuturkan, perkembangan tersebut tercermin dari kondisi pasar syariah terkini.
Berdasarkan data BEI per Oktober 2021, jumlah saham syariah yang tergabung dalam indeks saham Syariah Indonesia atau ISSI meningkat 83 persen sejak pertama kali diluncurkan pada 2011, dari 237 saham menjadi 434 saham syariah atau 57 persen dari total saham. Sedangkan kapitalisasi pasar saham Syariah mencapai 46 persen dari total kapitalisasi pasar saham.
"Dari nilai rata-rata transaksi harian, perdagangan saham Syariah berkontribusi sebesar 47 persen. Frekuensi Transaksi 57 persen dan volume transaksi sebanyak 37 persen," ujar Hasan dalam opening ceremony Sharia Investment Week 2021, Kamis (11/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Kemudian berdasarkan data yang dihimpun dari anggota bursa penyedia layanan Syariah online trading system atau AB SOTS, dalam lima tahun terakhir jumlah investor Syariah telah meningkat lebih dari 734 persen.
Dari 12.283 investor pada 2016 menjadi 102.426 investor per September 2021. Menurun Hasan, hal tersebut menunjukkan pasar modal Syariah Indonesia telah menjadi pilihan yang populer di masyarakat Indonesia.
“Kami yakin dengan upaya, kerja keras, dan juga dukungan dari banyak pihak, pasar modal Syariah Indonesia ke depannya akan semakin maju dan dapat menjadi alternatif investasi yang menarik dan menjanjikan bagi masyarakat Indonesia. Sehingga mampu meningkatkan perekonomian Indonesia,” pungkas Hasan.
p>* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Modal Syariah Beri Ruang Investasi Makin Luas kepada Masyarakat
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai kapitalisasi aset sukuk korporasi dan reksa dana syariah masih rendah. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan bisa diversifikasi sumber pendanaan investasi melalui sukuk korporasi dengan fitur inovatif sehingga menarik investor domestik dan asing.
Posisi outstanding sukuk korporasi tercatat senilai Rp 32,54 triliun dengan pangsa pasar 7,44 persen pada Juni 2021. Outstanding nilai reksa dana syariah hanya Rp 39,75 triliun dengan pangsa pasar 7,28 persen.
Oleh karena itu, Sri Mulyani ingin perkembangan kapitalisasi kedua aset itu bisa tumbuh melalui pengembangan pasar modal syariah. Hal ini dengan meningkatkan kedalaman dan likuiditas sektor keuangan syariah.
Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia (BI) terus bekerja sama dan berkomitmen mengembangkan pasar keuangan syariah dan mengupayakan akselerasi kebijakan dan regulasi dalam menciptakan instrumen sehingga pasar modal syariah dapat tumbuh stabil dan berkelanjutan.
"Tentu ini artinya bisa memberikan ruang berinvestasi yang makin luas bagi masyarakat Indonesia," tutur Sri Mulyani dilansir dari Antara, Kamis, 15 Juli 2021.
Sri Mulyani mengatakan, penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara menjadi bentuk komitmen pemerintah untuk mengembangkan pasar modal syariah.
Ia menuturkan, kapitalisasi pasar saham syariah sudah mencapai Rp 3.372,2 triliun per Juni 2021. Angka itu 47,32 persen dari total kapitalisasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Sektor pasar modal syariah adalah bagian yang penting dari keuangan syariah dan juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik saat ini," kata Sri Mulyani.
Advertisement