Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pandemi COVID-19 yang berlangsung dan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi pasar modal global, pasar modal syariah masih mampu bertahan.
Bahkan, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida mengatakan, pasar modal syariah menunjukkan kriteria yang terus membaik.
"Berbagai capaian yang diraih seperti pertumbuhan investor pasar modal syariah yang sangat signifikan selama periode pandemi juga merupakan hal yang patut kita syukuri," kata Nurhaida dalam opening ceremony Sharia Investment Week 2021, Kamis (11/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan data OJK per 30 September 2021 menunjukkan jumlah kepemilikan efek saham Syariah tumbuh 45,95 persen year to date (ytd). Sehingga investor menjadi 1.060.304 investor.
Sementara itu jumlah kepemilikan reksa dana syariah tumbuh 66,69 persen ytd. Sehingga menjadi 805.867 investor. Dan jumlah kepemilikan sukuk korporasi tumbuh 26,68 persen menjadi 945 investor.
Data statistik produk per 29 Oktober 2021 menunjukkan nilai kapitalisasi saham Syariah sebesar Rp 3.683 triliun. Nilai sukuk koperasi outstanding sebesar Rp 34,98 triliun, nilai sukuk negara outstanding sebesar Rp 1.152 triliun, dan nilai aktiva bersih Reksadana Syariah sebesar Rp 40,95 triliun.
Selanjutnya, Nurhaida mengungkapkan, dari 40 emiten yang melakukan Initial public offering atau IPO saham maupun efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) selama 2021 hingga 6 November 2021, terdapat 30 emiten yang sahamnya memenuhi kriteria daftar efek syariah. Serta satu emiten yang melakukan penawaran umum sukuk.
"Atas capaian yang secara umum meningkat tersebut, kami sangat mengapresiasi seluruh insan pasar modal yang telah berperan aktif mendukung pertumbuhan pasar modal syariah di Indonesia agar terus berperan dalam menggerakkan roda perekonomian nasional,” ujar dia.
p>* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jumlah Investor Pasar Modal Syariah Melambung
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pasar modal syariah di Indonesia kini sudah berkembang pesat dan semakin menarik.
Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi menuturkan, perkembangan tersebut tercermin dari kondisi pasar syariah terkini.
Berdasarkan data BEI per Oktober 2021, jumlah saham syariah yang tergabung dalam indeks saham Syariah Indonesia atau ISSI meningkat 83 persen sejak pertama kali diluncurkan ISSI pada 2011, dari 237 saham menjadi 434 saham syariah atau 57 persen dari total saham. Sedangkan kapitalisasi pasar saham Syariah mencapai 46 persen dari total kapitalisasi pasar saham.
"Dari nilai rata-rata transaksi harian, perdagangan saham Syariah berkontribusi sebesar 47 persen. Frekuensi Transaksi 57 persen dan volume transaksi sebanyak 37 persen," ujar Hasan dalam opening ceremony Sharia Investment Week 2021, Kamis, 11 November 2021.
Kemudian berdasarkan data yang dihimpun dari anggota bursa penyedia layanan Syariah online trading system atau AB SOTS, dalam lima tahun terakhir jumlah investor Syariah telah meningkat lebih dari 734 persen.
Dari 12.283 investor pada tahun 2016 menjadi 102.426 investor per September 2021. Menurun Hasan, hal tersebut menunjukkan pasar modal Syariah Indonesia telah menjadi pilihan yang populer di masyarakat Indonesia.
"Kami yakin dengan upaya, kerja keras, dan juga dukungan dari banyak pihak, pasar modal Syariah Indonesia kedepannya akan semakin maju dan dapat menjadi alternatif investasi yang menarik dan menjanjikan bagi masyarakat Indonesia. Sehingga mampu meningkatkan perekonomian Indonesia,” pungkas Hasan.
Advertisement