Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan konstruksi PT PP Presisi Tbk (PPRE) menganggarkan belanja modal (capital expenditure-capex) sebesar Rp 500 miliar pada 2022. Belanja modal itu akan digunakan untuk menambah kapasitas alat berat.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan PT PP Presisi Tbk Benny Pidakso dalam paparan publiknya di Jakarta, Kamis (11/11/2021).
Anggaran belanja modal tersebut lebih tinggi dari anggaran capex perseroan tahun ini yang mencapai sekitar Rp 300 miliar. Rencananya sebagian besar dari capex yang dianggarkan akan dialokasikan untuk menambah kapasitas alat berat untuk pekerjaan pertambangan.
Advertisement
Baca Juga
"Permintaan tambahan alat berat untuk tambang, terutama tambang nikel besar, jadi perlu tambahan kapasitas," kata dia.
Adapun pendanaan untuk capex tahun depan, kata Benny, akan dikombinasikan antara pinjaman perbankan dan penerbitan obligasi pada semester I 2022.
PP Presisi berencana menerbitkan obligasi sekitar Rp 500 miliar hingga maksimal Rp 1 triliun. Dana dari obligasi itu sekitar 70 persen akan dialokasikan untuk capex perseroan dan sisanya sebesar 30 persen untuk modal kerja (working capital) perseroan.
Direktur Utama PP Presisi Rully Noviandar mengatakan, saat ini PP Presisi memiliki sebanyak 2.857 unit alat berat. Alat berat tersebut bersifat dinamis, yang bisa digunakan untuk pekerjaan kontrak pertambangan maupun untuk kontrak pekerjaan sipil.
p>* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alokasi Belanja Modal
Direktur Peralatan & SCM Muhammad Wira Zukhrial mengatakan, tahun ini sekitar 50 persen dari capex PP Presisi dialokasikan untuk penambahaan alat berat. Saat ini kontrak pertambangan menyumbang 50 persen untuk revenue perseroan.
Benny menambahkan, hingga akhir September 2021, penggunaan capex PP Presisi sudah mencapai sebesar Rp 250 miliar dari total sekitar Rp 300 miliar yang dianggarkan tahun ini.
"Capex tahun ini paling banyak dialokasikan untuk penambahan kapasitas alat berat, terutama untuk pekerjaan kontrak jasa pertambangan," kata Benny.
Reporter: Elizabeth Brahmana
Advertisement