Sukses

Bank BJB Syariah Siap IPO di Semester II 2022, Incar Dana hingga Rp 1 Triliun

Rencananya, dana perolehan IPO Bank BJB Syariah digunakan untuk memperkuat permodalan, ekspansi bisnis.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Bjb Syariah, anak usaha anak usaha PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) berencana melantai di bursa saham. Aksi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) direncanakan berlangsung pada semester II 2022.

Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan mengaku, pihaknya menargetkan perolehan dana IPO sekitar Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun. Angka ini mencapai 20 persen dari total modal perusahaan.

Rencananya, dana perolehan IPO digunakan untuk memperkuat permodalan, ekspansi bisnis, pengembangan infrastruktur digital serta pengembangan produk - produk digital.

Dia mengatakan, perusahaan memutuskan menjalankan IPO pada tahun ini dengan mempertimbangkan kondisi pasar saham yang sudah membaik, yang sempat terimbas pandemi Covid-19.

"Dengan kondisi saat ini, pandemi sudah berkurang dan IHSG masih bagus, harusnya waktunya pas," kata dia di Bandung, Kamis (31/3/2022).

Meski diakui ada pertimbangan waktu IPO dilakukan antara semester II 2022 ini atau semester I 2023.

Namun kemudian ada pertimbangan jika tahun depan telah memasuki masuk tahun Pemilu, di mana kondisinya akan berbeda.

Diakui jika sudah ada beberapa investor strategis yang siap menyerap saham BJB Syariah. Salah satunya, perusahaan yang memiliki ekosistem bisnis syariah yang akan memperkuat pasar perusahaan. Itu sebabnya saham IPO diyakini akan terserap pasar.

2 dari 2 halaman

Kinerja Bank BJB

Untuk kinerja, Bank BJB Syariah, membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 21,9 miliar di 2021. Angka laba bersih ini meningkat 494 persen dibandingkan 2022.

Pencapaian ini melampaui rata-rata industri perbankan syariah yang mencatat pertumbuhan laba 16,9 persen selama 2021.

Melesatnya profitabilitas BJB Syariah didorong penyaluran pembiayaan Rp 6,43 triliun pada akhir 2021, tumbuh 11,33 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,77 triliun.

Pada periode yang sama industri perbankan syariah mencatatkan rata-rata pertumbuhan pembiayaan sebesar 6,83 persen.

“BJB Syariah berkomitmen mendukung percepatan kebangkitan ekonomi yang sempat terpuruk akibat Pandemi COVID-19. Oleh karena itu kami cukup ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan kepada sektor-sektor produktif,” kata Indra Falatehan.

Pembiayaan BJB Syariah di sektor produktif tumbuh sebesar 14 persen pada 2021, melalui pembiayaan modal kerja dan investasi. Sementara itu pembiayaan sektor konsumsi tumbuh secara terukur dengan risiko yang terjaga. 

Dalam menyalurkan pembiayaan, Indra menjelaskan, pihaknya selalu mengingat posisi strategis perseroan sebagai agen pembangunan di daerah, sekaligus menjalankan peran sentral dalam menggerakkan ekonomi umat.

“Bagi kami, dua tugas utama ini merupakan peluang sekaligus panggilan. Bersama induk (Bank BJB), kami harus menjadi motor pembangunan di Jawa Barat dan di saat yang terus meningkatkan partisipasi dalam memajukan serta memberdayakan ekonomi ummat,” jelas dia.  

Akselerasi penyaluran pembiayaan berdampak positif pada pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang mencapai Rp 463,16 miliar, meningkat 29,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini mendorong net Imbalan perseroan juga meningkat dari 5,14 persen pada 2020 menjadi 5,61 persen pada 2021.

“Meski ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan, kami tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing/NPF) gross yang turun dari 5,28 persen menjadi 3,42 persen,” kata Indra.