Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) turut andil dalam pemanfaatan clean energy dalam proses produksi baja. Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim bahkan menyebutkan, Perseroan telah memiliki peta jalan berkaitan dengan hal itu.
"Kita punya roadmap untuk mencapai posisi yang ideal dalam satu kurun waktu. Tapi jangan sampai latah. Kita kadang latah tapi lemah dalam eksekusi,” ujar Silmy dalam paparan publik Perseroan, Selasa (23/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
Dengan demikian, Perseroan akan melakukan implementasi yang realistis. Di sisi lain, Silmy mengatakan untuk baja sendiri relatif memiliki waktu yang cukup untuk memperbaiki dalam konteks clean energy. Namun, yang justru menjadi perhatian adalah konsumsi listrik selama proses produksi.
"Sebenarnya yang memiliki PR lebih banyak adalah dalam energi listrik. Ini yang kita musti kita antisipasi. Kita masuk ke rencana untuk memperkuat di renewable energy," kata Silmy.
Sehubungan dengan itu, Perseroan secara bertahap mengurangi ketergantungan menggunakan teknologi hidrogen.
Perseroan juga memiliki fasilitas Electric Arc Furnace (EAF) yang tidak menggunakan batu bara sebagai bagian dari proses produksi. "Jadi kita sudah punya beberapa rencana strategis terkait clean energy,” pungkasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target 2022
Sebelumnya, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengincar kenaikan penjualan 26 persen pada 2022. Hal itu merujuk pada sejumlah perbaikan yang dicatatkan Perseroan sepanjang 2021.
"Kita menargetkan peningkatan penjualan 26 persen di 2022. Kalau dari sisi profitabilitas kita selalu melakukan improvement. Artinya di 2022 kita berusaha untuk resultnya lebih baik dari 2021,” kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim dalam paparan publik Perseroan, Selasa, 23 November 2021.
Hingga Oktober 2021, Krakatau Steel mencatatkan penjualan USD 1,86 miliar atau sekitar Rp 26,53 triliun (kurs Rp 14.261 per USD). Capaian itu naik 73,18 persen dibandingkan penjualan pada Oktober 2020 sebesar USD 1,07 miliar. Pada periode yang sama, produktivitas Perseroan meningkat.
Dari sisi shipment naik 20 persen dari Oktober 2020 sebesar 1.296 KT menjadi 1.555 KT pada Oktober 2021. Sementara dari sisi produksi naik 35 persen dari Oktober 2020 sebesar 1.207 KT menjadi 1.628 KT pada Oktober 2021. Laba bruto Perseroan naik 64 persen yoy menjadi USD 212 juta hingga Oktober 2021.
Hingga Oktober 2021, Perseroan pencatatan biaya SGA yang naik lantaran terjadi kenaikan pada biaya penjualan atau ongkos angkut. Dari semula USD 30 juta menjadi USD 33 juta di Oktober 2021. Serta pengakuan cadangan piutang tidak tertagih sebesar USD 6,5 juta.
Rinciannya, entitas induk sebesar USD 3,6 juta dan anak USD 2,9 juta. Laba bersih Perseroan hingga Oktober 2021 naik menjadi USD 74 juta, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mengalami rugi hingga USD 45 juta.
"Selain dari kinerja Krakatau Steel induk, pencapaian ini tidak lepas dari kontribusi EBITDA dari anak-anak usaha terlihat cukup signifikan,” ungkap Silmy.
Dari sisi EBITDA Perseroan berhasil mencapai realisasi secara year to date (YTD) 2021 sebesar USD 148 juta, atau 2,3 kali di atas realisasi 2020 sebesar USD 65 juta. Terdapat peningkatan atas kontribusi anak perusahaan sebesar USD 87,3 juta pada tahun ini dibandingkan realisasi tahun sebelumnya USD 61,7 juta.
Advertisement