Sukses

Prospek Cerah Sektor Pertanian Dibayangi PR Besar

Sektor pertanian dapat memanfaatkan perkembangan digital atau mengarah pada agriculture technology atau agritech.

Liputan6.com, Jakarta - Pertanian disebut sebagai salah satu sektor yang menjanjikan untuk investasi. Hal itu merujuk pada kinerja sektor pertanian yang masih subur di tengah pandemi COVID-19. 

Data BPS per Februari 2021, sektor pertanian memiliki kontribusi yang tinggi, baik terhadap produk domestik bruto (PDB) maupun serapan tenaga kerja. Bhima menuturkan, sektor pertanian memiliki kontribusi 14,3 persen terhadap PDB, dengan serapan tenaga kerja mencapai 37,1 juta orang. 

Ke depan, sektor ini dapat memanfaatkan perkembangan digital atau mengarah pada agriculture technology atau agritech. Sebagai perbandingan, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyebutkan untuk perusahaan rintisan (startup) di bidang e-commerce dan ride hailing sudah tidak lagi menarik.

"Saya ngobrol sama salah satu modal venure, e-commerce itu sudah lewat. E-commerce itu 2014, ride hailing apps itu 2015-2016. Sekarang sudah ketinggalan, maksudnya valuasinya sudah terlalu besar, harganya terlalu mahal,” kata Bhima dalam webinar Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal, Kamis (2/12/2021).

Meneruskan perbincangan tersebut, Bhima menyebutkan ada tiga sektor yang saat ini menarik untuk dicermati. Yakni agritech, health tech dan edutech.

"Jadi kalau pertanyaannya apakah investasi di sektor pertanian (agritech) menjanjikan, kalau modal ventura internasional saja bilang menjanjikan, ya pasti menjanjikan," imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kesiapan Sambut Digitalisasi

Namun demikian, yang menjadi pekerjaan rumah (PR) besar yakni mengenai kesiapan dalam menyambut digitalisasi. Mengingat kebanyakan sumber daya manusia (SDM) pada sektor ini bukan berasal dari usia produktif.

"Problemnya, siap enggak agritech di Indonesia kalau dikasih USD 1 miliar suntikan modalnya. Termasuk kesiapan aplikasi, digital platform yang keren, AI, data analisis yang bagus. Karena pertanian kita ini problemnya regenerasi petani," kata Bhima.

"Jadi bagaimana caranya teknologi yang canggih itu bisa disosialisasikan kepada petani yang usianya sudah non produktif lagi agar bisa menerima perubahan terhadap mekanisme cara kerja," ia menambahkan.

Selain itu, juga terdapat kendala terkait dengan akses internet di Indonesia yang belum benar-benar merata. Sehingga berdasarkan kondisi tersebut perlu disesuaikan model digitalisasi mana yang akan ditempuh menyesuaikan pasarnya.