Liputan6.com, New York - Unicorn Asia Tenggara, Grab Holdings, melaksanakan hari pertama yang cukup sulit saat pencatatan perdana saham di Wall Street atau bursa saham Amerika Serikat (AS).
Saham perusahaan rintisan asal Singapura menyusut 21 persen ketika penutupan pada Kamis, 2 Desember 2021. Grab mencatatkan saham di Bursa Nasdaq, New York.
Baca Juga
Go public Grab bergabung dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus atau special-purpose acquisition company (SPAC). Dengan demikian, Grab kumpulkan dana USD 4,5 miliar atau Rp 64,92 triliun dari IPO. Sementara itu, kapitalisasi pasar dekati USD 40 miliar atau sekitar Rp 576,85 triliun.
Advertisement
Mengutip laman CNN, kapitalisasi pasar itu termasuk terbesar, berdasarkan data Dealogic. Selain itu, pencatatan saham Grab Holdings merupakan debut pasar AS oleh perusahaan di Asia Tenggara.
IPO Grab menjadi rekor terbesar perusahaan Asia Tenggara yang debut di pasar AS. Refinitiv mencatat prestasi sebelumnya dipegang oleh perusahaan satelit Indonesia yang mengumuplkan senilai USD 1,2 miliar atau Rp 17,2 triliun pada 1994.
Berdasarakan kesepakatan, Grab resmi bergabung dengan Altimeter Growth Corp (AGC). Sebuah SPAC unit dari perusahaan investasi AS Altimeter Capital. Saat ini, saham perusahaan diperdagangkan di bawah simbol ticker GRAB.
Pada pembukaan perdagangan Kamis, 2 Desember 2021, harga membaik sekitar 20 persen di atas penutupan hari sebelumnya. Sayangnya, saham segera berbalik arah dan menutup perdagangan di harga USD 8,75 atau Rp 126,1 ribu per saham.
Grab mengambil jalan yang relatif tidak konvensional ke pasar, salah satunya guna mendapatkan popularitas selama setahun terakhir.
Keputusan Grab bergabung dengan SPAC sempat mendapat respons kurang baik di Wall Street. Baru-baru ini banyak perusahaan besar memilih untuk mengambil rute yang sama, termasuk Playboy, DraftKings dan startup kendaraan listrik Lucid Motors and Arrival.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Merger dengan SPAC
SPAC merupakan perusahaan cangkang dengan aset operasi terbatas atau tidak ada sama sekali. Biasanya tindakan go public perusahaan semata-mata untuk mengumpulkan uang dari investor . Hasil kemudian digunakan guna mengakuisisi yang sudah ada.
Regulator lantas meningkatkan pengawasan terhadap proses tersebut. Securities and Exchange Commission (SEC) memperketat pedoman akuntansi untuk SPAC. Ssementara anggota parlemen di Kongres mengadakan dengar pendapat terkait masalah tersebut.
"Perhatian” menyebabkan aktivitas SPAC anjlo akibat banyaknya peraturan yaang mengikat perusahaan. RUU nampaknya memperketat ruang gerak seputar SPAC dan saat ini sedang berjalan melalui Kongres.
Satu proposal memaksa perusahaan cek kosong untuk mengungkapkan kepada investor ritel risiko mendukung perusahaan cangkang. RUU lain dapat meningkatkan tanggung jawab mereka karena membuat pernyataan berwawasan ke depan yang salah atau menyesatkan.
Advertisement
Aplikasi Serba Ada
Grab berhasil mengumpulkan dana serta menggaet investor besar. Mulai dari investor termasuk Fidelity, BlackRock, T. Rowe Price, dana kekayaan negara Abu Dhabi Mubadala dan lengan investasi pemerintah Singapura Temasek.
Co-founder Anthony Tan dan Hooi Ling Tan membunyikan bel pembukaan bursa di Singapura pada Kamis, 2 Desember 2021 dalam sebuah upacara bersama para pengemudi dan pedagang Grab. Salah satu pengusaha Malaysia dirikan Grab pada 2012. Tidak sampai 10 tahun berkembang dengan cepat dan melonjak bahkan menjadi perusahaan swasta paling berharga di Asia Tenggara.
Grab mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara pada 2018. Sejak itu perusahaan berkembang menjadi berbagai layanan lain, termasuk pengiriman makanan, pembayaran digital, dan bahkan layanan keuangan. Beberapa tahun terakhir, Grab dinobatkan sebagai "aplikasi super".
Platform memungkinkan pengguna melakukan segalanya mulai dari memesan perjalanan hingga mengambil asuransi dan pinjaman. Lebih dari 25 juta orang menggunakan aplikasi ini setiap bulan untuk melakukan transaksi, di 465 kota di delapan negara.
“Perusahaan akan menggunakan hasil dari listing guna menggandakan buku orientsi perusahaan yang ada. Kami baru saja memulai di Asia Tenggara," ujar Chief Financial Officer Peter Oey dikutip dari laman CNN, Jumat (3/12/2021).
Peluang Masih Terbuka Lebar
Oey berpendapat masih ada peluang besar demi menumbuhkan bisnis inti perusahaan di dalam negeri. Pasalnya layanan pengiriman bahan makanan di wilayah tersebut masih dalam tahap awal. Sementara itu, ride-hailing di wilayah ini jauh lebih mapan dibandingkan di China. Dia tidak menutup kemungkinan untuk melakukan lebih banyak merger dan akuisis. Dengan syarat mempunyai peluang strategis akan muncul.
Sebelumnya Grab menyampaikan alasan memilih IPO di Amerika Serikat daripada di Asia Tenggara karena ingin memasuki basis investor yang lebih besar.
Oey mengungkapkan perusahaan tidak akan mengesampingkan kemungkinan untuk listing di beberapa bursa. Eksekutif menekankan perusahaan tidak akan mengambil langkah secara terburu-buru melainkan step by step.
"Kami terbuka untuk Asia Tenggara dan peluang lainnya. Saat ini kami berfokus untuk memastikan perusahaan menjalankan bisnis dengan baik dan mendukung para pemegang saham yang berada dalam perjalanan bersama kami," tambah Oey.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement