Liputan6.com, Jakarta - Analis sebut PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memiliki kemampuan membayar utang sehingga dapat mengurangi beban perseroan. Oleh karena itu, Krakatau Steel dinilai perlu maksimalkan aset perseroan untuk menurunkan utang.
PT Krakatau Steel Tbk mampu mencatat kinerja positif hingga kuartal III 2021. PT Krakatau Steel Tbk meraih pendapatan bersih USD 1,61 miliar atau setara Rp 23,25 triliun hingga September 2021 (asumsi kurs rupiah 14.443per dolar AS). Realisasi pendapatan ini tumbuh 71,51 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 938,79 juta atau setara Rp 13,55 triliun.
Baca Juga
PT Krakatau Steel Tbk mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 59,724 juta atau setara Rp 862,58 miliar. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya rugi USD 27,396 juta atau setara Rp 395,67 miliar.
Advertisement
Akan tetapi, Krakatau Steel masih membukukan liabilitas besar. Perseroan mencatat total liabilitas naik menjadi USD 3,32 miliar atau Rp 47,98 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar USD 3,03 miliar atau Rp 43,87 triliun.
Di sisi lain, aset perseroan masih lebih tinggi meski tipis. Total aset naik dari USD 3,48 miliar atau Rp 50,34 triliun hingga Desember 2020 menjadi USD 3,74 miliar atau Rp 54,05 triliun hingga September 2021.
Lalu apakah perseroan mampu membayar utang?
"Kemampuan membayar utang 2012-2019 tentu sulit bayar. Namun, 2020-2021 ada kemampuan membayar utang,” ujar Kepala Riset PT Praus Capital, Alfred Nainggolan saat dihubungi Liputan6.com, Senin (6/12/2021).
Ia menambahkan, kondisi Krakatau Steel berbeda dengan Garuda Indonesia. Alfred menuturkan, Krakatau Steel mampu mencetak laba sehingga dapat negosiasi dengan kreditur untuk restrukturisasi utang. Apalagi menurut Alfred, industri baja juga positif dengan produk lokal mampu bersaing dengan baja impor. Hal ini membuat impor baja turun. Alfred menambahkan, industri baja juga membutuhkan komitmen pemerintah untuk jaga produsen lokal.
"Kondisi sekarang yang ada domestik dengan baja lokal bisa bersaing sehingga impor baja turun. Kita juga bisa ekspor produk baja. Tidak ada concern besar, utang besar bisa direstrukturisasi,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rights Issue dan Divestasi Anak Usaha
Alfred menambahkan, jika kreditur sepakat restrukturisasi dengan penurunan bunga dan perpanjangan tenor waktu positif untuk tekan utang.
Selain restrukturisasi, Alfred menilai langkah rencana rights issue juga positif untuk Krakatau Steel. Ia menilai, rights issue Krakatau Steel juga akan menarik ke depan seiring industri baja yang positif dan komitmen pemerintah untuk mendukung industri baja lokal.
"Punya ruang untuk rights issue, jatah kepemilikan publik 10 persen,” kata dia.
Kemudian,divestasi anak usaha yaitu subholding Krakatau Sarana Infrastruktur. Alfred menilai, perseroan dapat melepas sekitar 30-40 persen saham Krakatau Sarana Infrastruktur untuk mengurangi utang. Namun, ia mengingatkan mayoritas saham Krakatau Sarana Infrastrukturnya sebaiknya masih dipegang Krakatau Steel.
“Krakatau Sarana Infrastruktur tetap jadi bagian Krakatau Steel karena Krakatau Sarana Infrastruktur itu dagingnya Krakatau Steel. Jadi pemegang saham mayoritas sebaiknya tetap Krakatau Steel,” kata dia.
Terkait ekspansi dengan utang yang besar, Alfred mengakui, hambat ekspansi. Namun, ia menilai ekspansi yang dilakukan Krakatau Steel tidak akan terlalu banyak mengingat perseroan telah melakukan diversifikasi bisnis
“Ekspansi yang dilakukan tidak banyak. Krakatau Steel sudah selesaikan pabrik hot strip mill (HSM) 2. Itu bisa sampai utilisasi kunci volume penjualan naik bisa tumbuh signifikan. Krakatau Steel juga diversifikasi bisnis, ada kawasan industri, pelabuhan. Ekspansi anorganik tidak perlu banget,” kata dia.
Alfred menuturkan, saat ini yang perlu dilakukan Krakatau Steel dengan maksimalkan asetnya untuk menekan utang. "Monetisasi aset digunakan untuk menurunkan utang,” kata dia.
Advertisement