Liputan6.com, Shanghai - Pengembang China Sunshine 100 China Holdings mengumumkan pihaknya gagal membayar obligasi senilai USD 170 juta, setara Rp 2,4 triliun (estimasi kurs Rp 14.425 per dolar AS) akibat masalah likuiditas
Pengumuman itu muncul beberapa hari usai rivalnya China Evergrande Group tidak menjamin dapat memenuhi pembayaran utang akibat kekurangan dana.
Baca Juga
Hal ini isyaratkan pengembang properti Beijing terus berjuang meskipun mulai melonggarkan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan kembali normal.
Advertisement
Sunshine 100 dalam pengajuan keterbukaan menuturkan perusahaan tidak mampu membayar kembali pokok dan bunga obligasi sebesar 10,5 persen yang jatuh tempo pada Minggu, 5 Desember 2021.
"Hal ini karena masalah likuiditas yang timbul dari dampak buruk termasuk sejumlah faktor ekosistme makroekonomi, kondisi rill dan industri perkebunan. Penundaan juga memicu provisi cross default di bawah instrumen utang tertentu lainnya, ” tambah perusahaan dilansir dari laman Channel News Asia, ditulis Selasa (7/12/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Aturan Ketat China
Pada 2021, China memperketat pembatasan real estat praktis memperburuk masalah utang Evergrande dan berpengaruh besar kepada pengembang domestik lainnya.
Tindakan keras ini pun memicu kekhawatiran potensi keruntuhan Evergrande dapat mengirimkan gelombang besar ke sektor real estat China hingga global.
Sejak Oktober, regulator China mendesak bank untuk memberikan pinjaman demi membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan pengembang. Rileksasi aturan diharapkan genjot lebih banyak perusahaan real estate untuk menerbitkan obligsi di pasar domestik.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement