Liputan6.com, Jakarta - PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE), Perusahaan pengolahan minyak kelapa, resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (Bursa/BEI) pada Kamis, 9 Desember 2021 sebagai perusahaan ke-51 di tahun 2021 dan ke-763 di Bursa. Lalu bagaimana gerak saham di BEI?
Mengutip data RTI, saham IPPE dibuka stagnan Rp 100 per saham. Namun, saham IPPE yang sempat melemah berbalik arah ke zona hijau. Saham IPPE sempat berada di level tertinggi Rp 135 dan terendah Rp 94 per saham. Saham IPPE pun ditutup menguat 35 persen ke posisi Rp 135 per saham dari harga perdana Rp 135.
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan 5.699 kali dengan volume perdagangan 7.472.355. Nilai transaksi Rp 79,8 miliar.
Advertisement
Melalui Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO), Indo Pureco melepas sebanyak 1.000.000.000 saham setara dengan 21,74 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Indo Pureco Pratama menawarkan harga saham perdana senilai Rp100 per lembar. Sehingga dana yang berhasil dihimpun Perseroan mencapai sebesar Rp100 miliar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kelebihan Permintaan
Berdasarkan hasil penawaran umum saham yang dilakukan perseroan dari tanggal 02 Desember hingga 07 Desember 2021, saham IPPE mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 19,11 kali dari penawaran pooling.
Untuk pelaksanaan IPO ini, Indo Pureco menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan PT KGI Sekuritas Indonesia selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek dalam IPO ini.
Direktur Utama Indo Pureco Syahmenan mengatakan, langkah Perseroan untuk masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO adalah bagian dari strategi untuk meningkatkan ekspansi usaha, kapasitas pendanaan, tata kelola, dan prinsip keterbukaan Perseroan untuk menjadi lebih baik sebagai perusahaan publik. Hal ini juga diharapkan bisa menjadi nilai tambah bagi stakeholder.
Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan dapat menjadi penggerak ekonomi rakyat. Hal itu dapat dilihat dari pengelolaan pertanaman kelapa di Indonesia yang sebagian besar dikelola oleh rumah tangga petani.
Oleh karena itu, pengembangan kelapa menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan perekonomian nasional.
Saat ini, produk kelapa Indonesia banyak diperdagangkan dalam bentuk kelapa segar, kopra atau minyak kelapa. Peningkatan nilai tambah terhadap komoditas kelapa menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti kopra dan minyak kelapa perlu ditingkatkan.
"Kami mengembangkan green economic dan menyiapkan strategi-strategi yang komprehensif yang diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar Perusahaan di industri pengolahan minyak buah kelapa, salah satunya dengan menjadi perusahan terbuka”, kata Syahmenan.
Advertisement
Dana IPO
Rencananya dana yang diperoleh dari IPO tersebut, sekitar 40,83 persen digunakan untuk belanja modal dan sisanya sekitar 39,11 pereen untuk Modal Kerja.
Belanja modal sebesar 40,83 persen akan dialokasikan untuk pembelian mesin-mesin pabrik CCO (Crude Coconut Oil), RBD (Refined Bleaching Deodorised), VCO (Virgin Coconut Oil), dan Packaging, sekitar 34,84 persen lainnya untuk pembangunan pabrik (perdirian baru dan perluasan), dan sekitar 24,33 persen sisanya untuk pembelian tangki stock.
“Sementara untuk penggunan Modal Kerja akan dialokasikan untuk pembelian bahan baku, operasional kantor, perizinan, transportasi, biaya produksi, dan operasional lainnya”, ujar Syahmenan.
Indo Pureco Pratama bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak buah kelapa. Perseroan didirikan pada 20 Maret 2019 dan melakukan penjualan secara komersial pada bulan Mei 2019 dengan produk Virgin Coconut Oil (VCO).
Pabrik pengolahan minyak perseroan terletak di Batununggul 1 Balimbing, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Perseroan menghasilkan Virgin Coconut Oil (VCO), Pure Coconut Oil (PCO), Crude Coconut Oil (CCO), dan Copra Meal (CM).
Perseroan memiliki satu Entitas Anak yaitu PT Agrindo Lestari Jaya yang memiliki aset berupa tanah seluas 13.587 hektar yang berlokasi di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah yang akan diperuntukan sebagai lahan perkebunan kelapa untuk menopang kebutuhan bahan baku.
Reporter: Elizabeth Brahmana