Sukses

Bakrie and Brothers Siapkan Belanja Modal Rp 500 Miliar pada 2022, untuk Apa Saja?

Presiden Direktur Bakrie & Brothers, Anindya Bakrie menyebutkan, belanja modal tersebut difokuskan untuk merealisasikan rencana bisnis perseroan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 500 miliar pada 2022.

Presiden Direktur Bakrie & Brothers, Anindya Bakrie menyebutkan, belanja modal tersebut difokuskan untuk merealisasikan rencana bisnis yang berpotensi menambah pendapatan pada masa mendatang. Salah satunya pengembangan proyek bus listrik ‘VEKTR’.

“Semua itu kami mencanangkan Rp 500 miliar untuk jadi capex dan investasi terhadap bisnis-bisnis kami ke depannya,” ujar Anin, begitu panggilan akrabnya, dalam paparan publik Bakrie and Brothers, Jumat (10/12/2021).

Saat ini, Perseroan memang tengah menekuni pengembangan industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Khususnya bus listrik dan proyek-proyek energi baru terbarukan/EBT (renewable energy), serta penjajakan beberapa bisnis berbasis teknologi yang dilakukan antara lain bersama-sama dengan perusahaan venture capital dan private equity, Quantum Venture Fund.

"Jadi capex yang ada itu kombinasi dari bisnis yang eksisting dan bisnis-bisnis ke depan dengan pola quantum enture sebagai juga mitra untuk akselerasi pertumbuhan kami,” imbuhnya.

Perseroan sejak 2018 telah menjalin kerja sama dengan BYD Auto untuk mengembangkan industri bus listrik di Indonesia.

Bus listrik Bakrie Autoparts-BYD adalah bus listrik pertama di Indonesia yang telah lulus seluruh ketentuan proses homologasi dan pemenuhan seluruh ketentuan legalitas dan teknis untuk diuji coba secara komersial oleh Transjakarta. Bus ini juga merupakan bus listrik pertama yang telah diuji coba secara komersial di jalur Transjakarta.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kinerja Keuangan

Hingga September 2021, perseroan mencatat pendapatan bersih Rp 1,56 triliun. Realisasi pendapatan itu turun 20,68 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,97 triliun. Beban pokok pendapatan susut menjadi Rp 1,27 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,63 triliun. Hal itu mendorong laba kotor tumbuh 12,15 persen menjadi Rp 299,29 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 340,69 miliar.

Beban usaha turun menjadi Rp 296,55 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 398,99 miliar. Perseroan mencatat laba usaha Rp 2,73 miliar hingga Septemebr 2021 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 58,29 miliar.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan mencatat rugi bersih Rp 45,12 miliar hingga September 2021, menyusut dari periode sama tahun sebelumnya Rp 240,20 miliar.

Total liabilitas naik menjadi Rp 13,85 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 12,54 triliun. Ekuitas perseroan tercatat Rp 1,26 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 1,44 triliun.

Total aset naik menjadi Rp 15,1 triliun hingga kuartal III 2021 dari Desember 2020 Rp 13,9 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 92,91 miliar hingga 30 September 2021.