Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Indosat Tbk (ISAT) menyampaikan perseroan dan Koperasi Pegawai PT Indosat telah setuju pembubaran dan likuidasi IM2 pada 8 Desember 2021.
Sekretaris Perusahaan PT Indosat Tbk, Billy Nikolas Simanjuntak mengatakan, keputusan para pemegang saham tersebut juga mencakup penunjukan likuidator yaitu Jamaslin James Purba MH, Alvian M Tambunan, SH, dan Megawati Prabowo M.Kn dari kantor law firm James Purba & Partners.
Baca Juga
Ia mengatakan, dengan keputusan tersebut, termasuk penunjukan likuidator, Perseroan berharap penutupan operasional IM2 dapat dilakukan dengan tertib.
Advertisement
“Perseroan tidak mengetahui ada dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan maupun kelangsungan usaha perseroan yang timbul dari likuidasi yang dimaksud,” tulis dia dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Sabtu (11/12/2021).
Sebelumnya, IM2 mengumumkan, layanan internet Indosat GIG bakal berhenti beroperasi pada 25 November 2021.
IndosatM2 dalam pemberitahuannya mengungkapkan, pemberhentian Indosat GIG terkait dengan Putusan Mahkamah Agung No. 787 K/PID.SUS/2014 tertanggal 10 Juli 2014.
"Dapat kami sampaikan bahwa eksekusi atas Putusan tersebut mengharuskan Perusahaan untuk membayar Uang Pidana Pengganti sebesar Rp 1,3 triliun dan saat ini sedang dilaksanakan oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan," tulis perusahaan milik Indosat Ooredoo ini.
IM2 pun menyatakan, sehubungan dengan kondisi tersebut, mereka dengan sangat menyesal menyampaikan bahwa perusahaan tidak dapat lagi menjalankan aktivitas bisnisnya, secara menyeluruh, paling lambat hingga tanggal 25 November 2021.
IM2 pun menyampaikan permohonan maafnya kepada para pelanggan mereka.
"Izinkan kami menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada Pelanggan GIG yang selama ini telah setia dalam menggunakan layanan internet kami dan telah memberikan masukan-masukan yang berarti dalam memajukan kinerja layanan perusahaan," tulis IM2.
Melalui pengumuman tersebut, IM2 juga mengungkapkan bahwa pelanggan yang membutuhkan informasi lebih lanjut, bisa menyampaikan email melalui layanan@gig.id
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pembagian Dividen Indosat Jadi Sentimen Positif
Sebelumnya, PT Indosat Tbk akan membagikan dividen jumbo senilai total Rp 9,5 Triliun. Dengan demikian, setiap pemegang saham yang namanya dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan berhak menerima dividen senilai Rp 1.748,27 per saham.
Dividen dibagikan dalam dua bentuk terpisah kepada para pemegang saham. Pertama, dividen tahunan berdasarkan RUPS Luar Biasa Indosat Ooredoo membagikan Rp 4,5 triliun atau Rp 828,13 per lembar saham. Kedua adalah dividen interim berdasarkan kinerja keuangan sembilan bulan 2021, sebesar Rp 5 triliun atau Rp 920,14 per lembar saham.
Pengamat pasar modal, Reza Priyambada menilai aksi tersebut ujung-ujungnya akan mendorong aksi membeli saham Indosat oleh para pelaku pasar. Bukan hanya itu, aksi korporasi tersebut juga menunjukkan kinerja atau performance bisnis Indosat tengah moncer.
"Ada lonjakan pertumbuhan dari bisnis Indosat. Yang sebelumnya bisnis Indosat tercatat merugi, kini bisa membukukan laba. Pasar biasanya memberikan apresiasi atau sentimen positif. Apalagi, saham Indosat termasuk saham likuid. Artinya pasar selalu memberikan perhatian atau memantau perkembangan kinerja emiten Indosat,” ujar Reza dalam keterangannya kepada wartawan, ditulis Jumat, 3 Desember 2021.
Per akhir Oktober 2021, Ooredoo Asia Pte. Ltd menggenggam 65 persen kepemilikan, PT Perusahaan Pengelola Aset 14,29 persen, dan masyarakat sebanyak 20,71 persen. Hingga kuartal III 2021 Indosat membukukan pendapatan Rp 23,06 triliun.
Pendapatan tersebut tumbuh 11,96 persen dibandingkan dengan pendapatan periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 20,59 triliun. Dari sisi bottom line, ISAT mampu membalikkan kerugian di kuartal III 2020 menjadi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 5,8 triliun. Sebelumnya, pada periode sama tahun sebelumnya ISAT mencatatkan rugi bersih Rp 457,5 miliar.
Reza menegaskan, sentimen positif terhadap emiten ISAT tak lepas dari kondisi pasar industri Telko yang sudah terbentuk. Artinya, pelaku pasar melihat bahwa semakin berkembangnya pasar dan teknologi, mendorong perkembangan proses digitalisasi (transformasi digital) pun semakin masif.
"Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini di mana hampir semua masyarakat, mulai dari kalangan bawah sampai atas butuh layanan data yang disediakan oleh provider telekomunikasi,” tandasnya.
Advertisement