Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird Tbk (BIRD) menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1 triliun pada 2022. Belanja modal itu akan digunakan untuk ekspansi usaha.
Direktur PT Blue Bird Tbk, Eko Yuliantoro menuturkan, perseroan telah menjual mobil yang berumur pada 2020-2021 sehingga berdampak terhadap jalur kinerja pada kuartal IV dan 2021. Dengan demikian diharapkan Blue Bird dapat mencatat kinerja positif pada 2021.
Baca Juga
Eko menuturkan, hal itu terlihat dari pendapatan perseroan pada Desember 2021 yang sudah sekitar 75-80 persen sebelum pandemi COVID-19.Selain itu, Blue Bird juga optimistis melihat perkembangan bisnis pada 2022 dengan demikian menyiapkan ekspansi usaha melalui belanja modal cukup besar.
Advertisement
"Sebagaimana kita antisipasi perkembangan pergerakan bisnis akan mendekati normal, persiapkan diri untuk ekspansi usaha. Kita persiapkan belanja modal cukup besar Rp 1 triliun lebih sedikit," kata dia, saat paparan publik virtual yang ditulis Kamis (16/12/2021).
Ia menambahkan, mayoritas belanja modal untuk pembelian kendaraan baru sehingga meremajakan armada taksi dan non taksi sektiar 5.000 unit.
"Sehingga dengan mobil baru efisiensi operasional lebih tercapai akan meningkatkan kinerja Blue Bird khususnya 2022," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Sigit Priawan Djokosoetono optimistis dengan kinerja 2022.
"Cukup optimistis karena semester 2 2021 kondisi setelah dilepaskan pengetatan atau PPKM pada kuartal III 2021, kita melihat 2022 sangat optimisis dari Blue Bird. Melihat beberapa kondisi ekonomi tidak banyak banyak pengetatan PPKM tetapi juga berhati-hati apakah ada wave COVID-19, apabila itu muncul perusahaan antisipasi lebih cepat," kata dia.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Kuartal III 2021
Sebelumnya, pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak terhadap kinerja PT Blue Bird Tbk (BIRD). Akan tetapi, PT Blue Bird Tbk mampu menekan rugi dan pendapatan turun tipis hingga September 2021.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Blue Bird Tbk mencatat pendapatan Rp 1,44 triliun hingga September 2021. Realisasi pendapatan itu turun 6,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,55 triliun.EBITDA Perseroan juga turut meningkat. EBITDA yang dihasilkan adalah Rp 248 miliar hingga September 2021, naik Rp 12,5 miliar dibandingkan September 2020.
Beban langsung perseroan naik dari Rp 1,29 triliun hingga kuartal III 2020 menajdi Rp 1,17 triliun hingga kuartal III 2021. Perseroan mencatat kenaikan laba bruto 8,74 persen menjadi Rp 275,89 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 253,70 miliar.
Beban usaha turun Rp 46,2 miliar pada sembilan bulan pertama 2021 menjadi Rp 384,54 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 430,73 miliar. Perseroan menyebutukan strategi efisiensi yang diterapkan dalam lini pendukung operasi perseroan sehingga beban usaha turun per kuartal III 2021.
Dengan demikian, rugi usaha perseroan turun menjadi Rp 108,64 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 177,02 miliar.
PT Blue Bird Tbk menekan rugi bersih dengan susut sekitar 58 persen. Tercatat rugi bersih perseroan Rp 66,3 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 158 miliar.
Rugi per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 26 hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 62.Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 1,54 triliun hingga September 2021 dari periode Desember 2020 sebesar Rp 2,01 triliun. Total ekuitas susut menjadi Rp 5,07 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode Desember 2020 sebesar Rp 5,23 triliun.
Total aset merosot menjadi Rp 6,62 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 7,25 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 739,92 miliar hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 798,85 miliar.
Sedangkan debt to equity ratio pada 30 September 0,3 kali dinilai menunjukkan posisi neraca yang sangat sehat dan perseroan masih memiliki ruang sangat lebar untuk ekspansi.
Di sisi lain, mulai April 2021, didukung kondisi keuangan perseroan yang makin membaik, perseroan telah akhiri masa relaksasi pembayaran pinjaman ke bank dan mulai membayar pokok pinjaman dengan normal.
Advertisement