Sukses

Genjot Ekspor, PTBA Tingkatkan Produksi Batu Bara Kualitas Tinggi

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus meningkatkan produksi batu bara berkualitas tinggi sebagai langkah antisipasi terhadap turunnya harga batu bara di pasar internasional pada tahun depan.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus meningkatkan produksi batu bara berkualitas tinggi sebagai langkah antisipasi terhadap turunnya harga batu bara di pasar internasional pada tahun depan.

Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono mengatakan dengan memproduksi batu bara kualitas tinggi, maka harga yang diperoleh juga menjadi lebih baik.  Batu bara kualitas tinggi ini akan diekspor ke sejumlah negara seperti Jepang dan Taiwan.

PTBA menargetkan peningkatan porsi ekspor batu bara perseroan menjadi 45 persen dari total volume penjualan, dari sebelumnya 35 persen.

"Karena harga masih belum menunjukkan perbaikan. Dari berbagai sumber menyebutkan harga naik tidak akan sampai 10%, maka strateginya produksi batu bara kualitas tinggi terus ditingkatkan," ungkap Joko saat berbincang dengan liputan6.com, Minggu (30/12/2012).

PTBA menargetkan penjualan batu bara perseroan pada tahun depan akan tumbuh 10% dari realisasi tahun ini yang diprediksi mencapai 15,5 juta ton. Selain diekspor, perusahaan tambang pelat merah ini akan memasok 55 persen dari total penjualannya ke pembangkit listrik milik PT PLN (Persero) dan anak usahanya.

Hingga kuartal III 2012, PTBA mencatat pendapatan sebesar Rp 8,72 triliun, atau naik 12% dari periode yang sama tahun lalu 7,75 triliun. Kenaikan itu ditopang peningkatan volume penjualan 11,36 juta ton, atau naik 15% dari periode yang sama 2011 sebanyak 9,86 juta ton.

Sedangkan harga jual rata-rata batu bara PTBA pada Januari-September 2012 sebesar Rp 765,934 per ton, atau turun 2% (year on year) dari Rp 785.205 per ton.

Volume produksi dan pembelian batu bara tercatat 12 juta ton, di mana sekitar 10,87 juta ton berasal dari tambang perseroan dan sisanya 1,13 juta ton pembelian dari pihak ketiga.

Laba bersih PTBA hingga kuartal II 2012 tercatat Rp 2,2 triliun, turun 5% (year on year) dari sebelumnya Rp 2,32 triliun. Penurunan laba bersih salah satunya disebabkan kenaikan beban operasional.

"Untuk kinerja sampai akhir tahun belum bisa kami sampaikan karena masih disusun oleh tim," jelas Joko. (NDW)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.