Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), emiten pengelola rumah sakit (RS) EMC meraih pertumbuhan pendapatan dan mencetak laba bersih hingga kuartal III 2021.
SAME mencatat pendapatan Rp 986,89 miliar hingga September 2021. Pendapatan perseroan tumbuh 101,24 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 490,41 miliar.
Baca Juga
Beban pokok pendapatan naik 56,60 persen menjadi Rp 546,52 miliar hingga kuartal III 2021 dari beban pokok pendapatan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 348,98 miliar. Perseroan membukukan laba bruto sebesar Rp 440,37 miliar hingga kuartal III 2021 dengan pertumbuhan sebesar 211,38 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 141,43 miliar.
Advertisement
Beban penjualan mengalami penurunan 2,98 persen menjadi sebesar Rp 3,03 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,13 miliar. Beban umum dan administrasi naik dari Rp 214,03 miliar hingga kuartal III 2020 menjadi Rp 240,35 miliar hingga kuartal III 2021.
Perseroan mencatat laba usaha sebesar Rp 184,27 miliar hingga kuartal III 2021. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya yang mengalami rugi usaha sebesar Rp 412,75 miliar. SAME mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 147,17 miliar hingga kuartal III 2021.
Laba bersih per saham yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham entitas induk tercatat Rp 24,59 hingga kuartal III 2021.
Total aset naik 51,01 persen dari sebesar Rp 2,99 triliun pada tanggal 31 Desember 2020 menjadi sebesar Rp 4,52 triliun pada tanggal 30 September 2021.
Direktur SAME, Armen Antonius Djan mengatakan, kenaikan aset perseroan disebabkan naiknya kas dan setara kas yang berasal dari sisa dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) II dan aktivitas operasional perseroan. Selain itu, juga dikontribusi oleh kenaikan dari aset lain-lain karena setoran uang muka investasi pada PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK).
Rincian total aset itu terdiri dari total ekuitas naik menjadi Rp 4,22 triliun pada 30 September 2021 dari Rp 1,51 triliun pada 31 Desember 2020. Armen menuturkan, kenaikan ekuitas ini dikontribusi atas kenaikan tambahan modal disetor sebagai hasil dari PUT I dan PUT II. Perseroan memperoleh dana Rp 1,19 triliun dari PUT I pada Maret 2021 dan Rp 2,49 triliun dari PUT II pada Juli 2021.
Sementara itu, total liabilitas turun 79,46 persen dari Rp 1,48 triliun pada 31 Desember 2020 menjadi Rp 305,56 miliar pada 30 September 2021.
“Liabilitas mengalami penurunan signifikan 79,46 persen disebabkan terutama karena pelunasan pinjaman kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk oleh SAME dan anak perusahaan dari dana hasil PUT I,” ungkapnya saat paparan publik perseroan, Jumat (17/12/2021).
Perseroan kantongi kas dan setara kas sebesar Rp 917,80 miliar pada 30 September 2021, lebih tinggi dibanding pada periode sama tahun sebelumnya .
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proyeksi hingga Akhir 2021
Lalu bagaimana proyeksi kinerja pendapatan dan laba bersih hingga akhir 2021?
Armen mengatakan, pendapatan tetap bertumbuh hingga akhir 2021. Namun, besaran pendapatan tidak akan setinggi pada kuartal sebelumnya. Hal ini seiring pasien masih bertahap penyesuaian untuk kembali ke rumah sakit. Armen menuturkan, hal tersebut tidak hanya terjadi pada grup SAME tetapi juga grup rumah sakit lainnya.
“Selain dari COVID-19, pertumbuhan (kinerja-red) juga berasal dari kepercayaan masyarakat. Setelah diambil alih EMTEK, rekan-rekan asuransi yang belum bekerja sama dengan grup SAME, kini 2021 mulai bekerja sama dengan grup SAME dan ada pembaharuan, sehingga kita mengalami pertumbuhan,” ungkapnya.
Advertisement
Prediksi Kinerja Keuangan 2022
Untuk 2022, Armen optimistis kinerja keuangan pertumbuhan cukup signifikan. Apalagi setelah perseroan mengakuisisi 66 persen saham RGSK pada November 2021.
"Nanti kita harapkan akan ada sinergi. Dari sisi pendapatan, profitability kita harapkan ada pertumbuhan dengan RSGK, banyak hal bisa dijalankan nanti untuk pembelian lebih efisien, gunakan scale grup besar delapan rumah sakit, bargaining harga lebih bagus dari vendor, positif,” ujar dia.
Namun, ia mengakui sulit prediksi pertumbuhan pada 2022 seiring hadirnya varian baru COVID-19. Perseroan berharap COVID-19 membaik sehingga dapat fokus pada pasien non COVID-19.
“Mendadak omicron datang lagi, agak susah prediksi. Tapi kita berharap tentunya kalau untuk pendapatan dengan ada RSGK tetap growing, kalau dari proyeksi kita tetap bertumbuh dan maintain pertumbuhannya,” ujar dia.