Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatat utang USD 9,8 miliar atau setara Rp 141,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.393 per dolar AS). Sementara itu, total kreditur kurang lebih 800 kreditur.
PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan, jumlah kreditur yang banyak sehingga memerlukan waktu sangat lama jika negosiasi dilakukan di luar pengadilan.
Baca Juga
Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk, Prasetio menuturkan, total pendapatan turun hingga 70 persen pada pandemi COVID-19 dibandingkan 2019. Selain itu, perseroan juga melakukan pesawat grounded karena grounding notice, perawatan dan setop operasi untuk mengurangi biaya operasional.
Advertisement
"Aircraft sesuai kebutuhan permintaan, kita tak operasikan sementara," kata dia saat paparan publik, Senin (20/12/2021).
Prasetio mengatakan, penyelesaian utang perseroan tergantung dari rencana bisnis.Perseroan menyatakan beberapa level utang dapat ditanggung dan diselesaikan dalam proses PKPU selama 45 hari, kemudan berharap proposal perdamaian dapat tercapat secepatnya.
Selain itu, perseroan juga menerapkan strategi untuk mencetak laba. Salah satu cara dilakukan dengan memilih rute-rute yang menguntungkan. Kemudian memakai tipe pesawat yang sederhana. PT Garuda Indonesia Tbk optimistis ada pemulihan jumlah penumpang pada 2022 sehingga dukung kinerja.
"New business yaitu profitable simpel dan digitalisasi, full service. Traffic recovery akan mulai tumbuh tahun depan 40 persen, 2023 meningkat. 2024 pandemi akan berlalu, traffic recovery kembali normal, kita mampu melakukan running company dengan new business plan," ujar dia.
Ia menambahkan, perseroan juga mencatat ekuitas negatif USD 3 miliar. Hal ini seiring penurunan pendapatan lebih besar jika dibandingkan penurunan biaya. Prasetio mengatakan, dalam kontrak dengan lessor juga ada klausal hell dan high water. Perjanjian sewa pesawat dan pembelian pesawat yang lebih mengamankan posisi lessor dan manufacturer.
"Kita mencatat kewajiban posisi keuangan kita hingga sampai jatuh tempo atas sewa pesawat," tutur dia.
Selain itu, perseroan juga menyampaikan kontribusi margin membaik seiring pendapatan dari penumpang membaik pada Oktober 2021 dibandingkan 2019. Namun, hal itu tidak dapat menutupi biaya tetap.
"Kontribusi margin sampai dengan kuartal III kami terus berkonsentrasi di kontribusi margin 1. Kontribusi margin kuartal IV akan membaik, kita harapkan cukup biaya operating dari aircraft yang dioperasikan," kata dia.
Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada Kenaikan Jumlah Penumpang pada Kuartal IV 2021
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Irfan Setiaputra menuturkan, kinerja kuartal IV ada kenaikan jumlah penumpang signifikan demikian juga kargo.
"Kuartal IV, Oktober, November, dan Desember melihat dengan jelas terjadi peningkatan signifikan jumlah penumpang. Pergerakan kargo yang seperti kita harapkan kuartal IV akan jauh lebih baik dari kuartal III karena PPKM sudah diringankan," kata dia.
Irfan mencontohkan, situasi terminal 3 Bandara Soekarno Hatta yang sudah ramai. "Cukup panjang antrean tapi belum riuh, karena kita ingin tingkatkan rute perlahan-lahan, pastikan protokol kesehatan bukan hanya di pesawat. Bisa dipastikan kita peduli soal itu," kata dia.
Advertisement
Transformasi Garuda Indonesia
Dalam paparan publik, Garuda Indonesia sampaikan proposal restrukturisasi awal yang telah disampaikan kepada sebagian besar kreditur perseroan. Adapun elemen utama dalam new Garuda business plan itu antara lain:
1.Mengoptimalkan route network perseroan dengan hanya mengoperasikan rute-rute penerbangan yang profitable, fokus awal adalah pada rute-rute penerbangan domestik dan rute-rute penerbangan internasional tertentu.
2.Menyesuaikan jumlah pesawat Garuda dan Citilink agar selaras dengan rute network yang telah dioptimalkan, dan simplikasi tipe pesawat untuk efektifivitas dan efisiensi operasional pesawat.
3. Melakukan renegosiasi kontrak sewa pesawat
4.Meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melaluip optimalisasi belly capacity dan digitalisasi operasional.