Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memberikan penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai kabar akuisisi Bank Mayora.
Dalam keterbukaan informasi BEI, ditulis Selasa (21/12/2021), Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom menuturkan, perseroan sedang memasuki tahapan lebih serius untuk mengembangkan kapasitas digital melalui strategi anorganik.
Baca Juga
“Namun, dengan memperhatikan prinsip governance, saat ini perseroan belum dapat memberikan penjelasan maupun keterbukaan yang lebih mendalam terkait hal tersebut,” tulis dia.
Advertisement
Ia menambahkan, dalam hal berdasarkan kesepakatan para pihak dan ketentuan yang berlaku perseroan dapat melakukan keterbukaan, perseroan akan melaksanakannya sesuai ketentuan berlaku.
BNI pun menyatakan tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat pengaruhi harga saham perusahaan.
Pada perdagangan Selasa 21 Desember 2021 pukul 14.12 WIB, saham BBNI naik 0,37 persen ke posisi Rp 6.750 per saham. Saham BBNI berada di level tertinggi Rp 6.800 dan terendah Rp 6.675. Total frekuensi perdagangan 2.675 kali dengan volume perdagangan 87.453. Nilai transaksi Rp 58,9 miliar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Berencana Akuisisi, BNI Kembangkan Bank Digital yang Fokus Nasabah UKM
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) Tbk (BNI) telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi baik yang akan dikembangkan menjadi bank digital. Bank digital itu akan fokus pada nasabah usaha kecil menengah (UKM).
"Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem bisnis yang kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital," ujar Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar saat paparan virtual BNI bertajuk paparan publik kuartal III 2021 pada Senin, 25 Oktober 2021 dikutip dari Kanal Bisnis Liputan6.com.
Ia menambahkan, BNI juga akan menjalin kemitraan strategis dengan mitra kuat dan berpengalaman dalam pengembangan teknologi keuangan. Ia mengatakan, teknologi menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan untuk pengelolaan bank digital.
Royke menyebutkan, BNI punya visi agar bank digital ini fokus pada nasabah UKM dengan biaya operasional yang murah. Selain itu juga melihat potensi besar agar UKM punya peran dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Akan tetapi, emiten berkode BBNI ini belum dapat menyampaikan detil mengenai bank yang akan diakuisisi dan dibuat menjadi bank digital.
"Untuk nama-nama pihak terkait, mohon maaf saya belum bisa sampaikan pada kesempatan ini,” kata dia.
Akan tetapi, Royke memastikan perkembangannya ke depan akan disampaikan informasi kepada publik. Hal ini sesuai dengan peraturan pasar modal dan regulasi pada institusi keuangan.
Selain itu, Royke menambahkan, rencana pembangunan bank digital ini sudah masuk Rencana Bisnis Bank (RBB) pada 2021. Hal ini termasuk penganggaran dana yang dibutuhkan untuk akuisisi.
“Target IBL-nya adalah BUKU 1, BUKU 2, berdasarkan klasifikasi bank sebelumnya yang BUKU 1 dan BUKU 2. Ini berarti modal intinya tidak lebih dari Rp 3 triliun,” kata dia.
Ia menambahkan, proses akuisisi akan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan valuasi wajar.
“Kami akan pastikan memiliki valuasi yang wajar,” ujar dia.
Royke menuturkan, BNI punya kecukupan modal yang kuat untuk ekspansi secara organik maupun non-organik. Rencana akuisisi itu juga tidak akan berdampak signifikan terhadap permodalan BNI. Hal itu karena serangkaian aksi korporasi antara lain peningkatan modal termasuk penerbitan additional Tier-1.
Advertisement