Sukses

Tanri Abeng: Restrukturisasi Krakatau Steel Jangan Hanya Utangnya

Tanri Abeng menuturkan, KRAS yang membutuhkan teknologi dan manajemen yang best practice, memerlukan strategic partner untuk meningkatkan nilai.

Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) saat ini masih berupaya menyelesaikan restrukturisasi utang Perseroan.

Teranyar, Perseroan berencana gelar rights issue dan menargetkan perolehan dana mencapai USD 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Dana hasil rights issue akan dialokasikan untuk pembayaran utang dan penambahan modal Krakatau Steel tahun depan.

Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan, Tanri Abeng menuturkan, pada reformasi BUMN gelombang I pada 1998 lalu telah memetakan sejumlah perusahaan pelat merah yang membutuhkan strategic partner untuk meningkatkan valuasi, sebelum melantai di Bursa.

Sayangnya, belum sampai mendapatkan strategic partner, Krakatau Steel yang termasuk dalam daftar BUMN yang dipetakan, malah melantai di Bursa pada 2010.

"Dalam pemetaan saya pada waktu reformasi BUMN gelombang I, kita suda identifikasi beberapa BUMN yang dibutuhkan strategic partner dulu sebelum IPO. Yang terjadi dengan KRAS adalah dia IPO sebelum nilainya ditingkatkan," kata Tanri dalam webinar Transformasi BUMN di Tengah Tantangan Ketidakpastian Ekonomi 2022, Selasa (21/12/2021).

Pada 1998, Tanri mengatakan PT Ispat Indo, perusahaan steel yang terbesar waktu itu, berniat masuk ke Krakatau Steel dengan investasi senilai USD 500 juta. Saat itu, Tanri mengatakan kapitalisasi pasar KRAS di kisaran USD 1,25 miliar.

"Ispat janjikan tiap 3 tahun penambahan kapasitas 2 juta ton. Berarti dalam 10 tahun nilai Krakatau Steel akan capai USD 10 billion. Yang terjadi sekarang KRAS masih batuk-batuk juga, mungkin nilai pasarnya USD 0,5 billion,” kata  Tanri.

Dia menuturkan, perusahaan seperti KRAS yang membutuhkan teknologi dan capital yang tinggi, manajemen yang best practice, memerlukan strategic partner untuk meningkatkan nilai.

Setelah benar-benar siap, baru debut di Bursa. Langkah ini menjadi salah satu yang disesalkan Tanri Abeng karena belum sempat membawa strategic partner untuk Krakatau Steel saat ia menjabat.

"Kalau mau restrukturisasi jangan hanya utangnya. Lihat juga capitalnya, baru manajemen dan bisnis. Tidak bisa hanya berkutat pada utangnya saja, mungkin perlu kita pertimbangkan strategic partner,” ujar dia. “Saya gagal membawa strategic partner. Itu satu-satunya penyesalan saya. Kalau saya berhasil waktu itu, saya kira KRAS menjadi kebanggaan bangsa,” ia menambahkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Bayar Utang, Krakatau Steel Bakal Rights Issue pada 2022

Sebelumnya, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue tahun depan.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan, Perseroan menargetkan perolehan dana mencapai USD 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun dalam aksi tersebut.

"Untuk rights issue rencananya di 2022. Waktunya kita masih memperhitungkan antara kuartal II atau kuartal III. Besarnya sekitar USD 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun," ujar Silmy dalam paparan publik Krakatau Steel, Selasa, 23 November 2021.

Silmy menambahkan, aksi ini bukanlah rencana baru. Melainkan bagian dari rencana restrukturisasi Perseroan untuk memperbaiki posisi utang. Adapun untuk tahun ini, Perseroan berencana membayar utang senilai USD 200 juta. Kemudian untuk tahun depan jumlah utang yang akan dibayar sebesar USD 500 juta atau Rp 7,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.230 per dolar AS).

"Tahun depan rights issue untuk memperbaiki struktur modal dan mengurangi utang. Karena di tahun ini kita juga berencana mengurangi USD 200 juta, tahun depannya InsyaAllah kita kurangi lagi USD 500 juta,” ujar Silmy.

Dalam hal restrukturisasi keuangan, Krakatau Steel berhasil melakukan restrukturisasi utang pada tahun 2020 yang pada saat itu menjadi restrukturisasi terbesar di Indonesia dengan jumlah Rp 29 triliun.

Melalui restrukturisasi utang, Krakatau Steel dapat menurunkan total beban bunga utang selama sembilan tahun dari Rp12,3 triliun menjadi Rp 6,7 triliun sehingga total penghematan yang didapat dari restrukturisasi hutang tersebut adalah sebesar Rp 9,9 triliun.

"Di kuartal IV tahun ini, restrukturisasi utang Krakatau Steel akan berkurang sebesar Rp 2,9 triliun,” ujar Silmy sebelumnya.