Liputan6.com, Jakarta - PT XL Axiata Tbk (EXCL) berkomitmen dalam kesetaraan gender di lingkungan kerja perusahaan. Sehubungan dengan itu, perusahaan punya agenda untuk establish women leaders. Tak tanggung-tanggung, XL Axiata bahkan memiliki pipeline calon pemimpin perempuan.
“Kami mempersiapkan pipeline untuk leader perempuan di masa depan. Ada 23 persen successor untuk VP, dan 31 persen successor untuk Head,” ungkap Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk, Dian Siswarini dalam webinar Capital Market Women Empowerment Forum, Rabu (22/12/2021).
Baca Juga
Menurut Dian, keterlibatan perempuan dinilai akan memberikan perbaikan dalam proses pembuatan keputusan di perusahaan hingga meningkatkan produktivitas.
Advertisement
"Jadi kalau ada diversity, kalau perempuan itu masuk ke dalam decision making process, itu proses pengambilan keputusan bisa lebih kaya. Karena biasanya perempuan itu mempunyai perspektif dan konsiderasi yang berbeda. Sehingga kalau ada kombinasi perempuan dan laki-laki laki dalam pengambilan keputusan, itu hasilnya bisa lebih efektif,” ujar dia.
Di XL, saat ini 2 dari 6 personel di jajaran direktur adalah perempuan. Termasuk Dian sebagai presiden direktur yang merupakan posisi tertinggi suatu perusahaan, serta satu direktur teknologi juga perempuan.
"Jadi itu posisi-posisi yang sebetulnya biasanya tidak diduduki oleh perempuan,” kata Dian. Kemudian untuk middle management sampai upper management hampir 30 persen perempuan. Untuk posisi company wide juga 30 persen. Dian mengatakan presentasi ini lebih tinggi dibandingkan perusahaan teknologi lainnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelanggan XL Axiata Bertambah 1,2 Juta
Sebelumnya, XL Axiata mengumumkan laporan pendapatan kuartal ketiga 2021. Dari laporan, perusahaan menjaga pertumbuhan pendapatan secara berturut-turut dan mempertahankan kinerja positif di sepanjang periode tersebut.
Total jumlah pelanggan XL Axiata bertambah 1,2 juta selama periode ini. ARPU (Average Revenue Per User) blended sebesar Rp 37 ribu.
Mengutip keterangan XL Axiata, Rabu, 10 November 2021, meski kompetisi di industri ketat, XL Axiata terus melanjutkan investasi pada pembangunan jaringan data pita lebar.
Saat ini, jaringan 4G XL Axiata telah menjangkau 458 kota/kabupaten ditopang oleh 69 ribu BTS 4G. Sementara, total BTS yang dimiliki XL Axiata sebanyak 153 ribu.
Presiden Direktur dan CEO Axiata, Dian Siswarini, mengatakan, perusahaan terus berupaya keras untuk melalui periode kuartal ketiga yang berat, di tengah kompetisi industri yang tidak pernah kendor.
"Kami tetap melanjutkan digitalisasi secara end-to-end di hampir semua lini bisnis, antara lain dengan mengimplementasikan analisis berbasis artificial intelligence untuk meningkatkan efisiensi dalam operasional," katanya.
Selain itu, XL Axiata juga membangun jaringan untuk meningkatkan kualitas layanan seiring trafik yang terus meningkat.
Advertisement
Selanjutnya
Menurut laporan, total pendapatan XL Axiata selama kuartal ketiga 2021 sebesar Rp 6,8 triliun, di mana Rp 6,3 triliun di antaranya merupakan pendapatan layanan. Pendapatan data meningkat jadi sebesar 95 persen dengan penetrasi smartphone mencapai 92 persen dari total pelanggan.
Hal ini tidak lepas dari pertumbuhan trafik sepanjang triwulan ketiga 2021, sebesar 10 persen dari kuartal sebelumnya, dari 1.572 PB menjadi 1.722 PB.
Jika dihitung selama sembilan bulan, trafik data meningkat setinggi 34 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sementara total pendapatan selama sembilan bulan 2021 tercatat Rp 19,8 triliun, dengan Rp 18,3 triliun di antaranya adalah pendapatan layanan.
EBITDA di kuartal ketiga 2021 tercatat sebesar Rp 3,4 triliun dengan margin 50 persen. EBITDA sepanjang sembilan bulan tercatat Rp 9,9 triliun.
XL Axiata juga meraih laba di periode ini, sepanjang sembilan bulan 2021, laba perusahaan sebesar Rp 1,02 triliun. Laba bersih yang dinormalisasi sebesar Rp 835 miliar.
Meski begitu, biaya operasional di kuartal ketiga 2021 meningkat 1 persen dibanding kuartal sebelumnya. Antara lain karena biaya penjualan dan pemasarang yang meningkat karena distribusi bertambah luas.
Biaya infrastruktur juga meningkat karena ada upaya perluasan jaringan ke berbagai wilayah. Selain itu, biaya regulasi pun meningkat karena kenaikan biaya frekuensi. Begitu juga dengan biaya overhead karena biaya konsultasi yang lebih tinggi akibat dari proyek yang berlangsung.
Di sisi lain, biaya karyawan bisa dijaga tetap lebih rendah, demikian dengan biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya.