Sukses

Pasar Saham Global Bergerak Bervariasi di Momen Libur Natal

Pasar saham di Amerika Serikat, Jerman dan banyak negara lain ditutup di masa libur Natal.

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham global bergerak tenang pada perdagangan Jumat, 24 Desember 2021. Di mana, banyak bursa di seluruh dunia tutup atau berakhir lebih awal terkait perayaan Natal. 

Pasar saham tergelincir di Paris dan Tokyo, sementara di Seoul dan Hong Kong naik tipis dan bursa London hampir tidak berubah.

Sedangkan pasar keuangan di Amerika Serikat, Jerman dan banyak negara lain ditutup di masa pasar menunjukkan penguatan di akhir tahun.

Melansir laman marketwatch, Sabtu (25/12/2021) sehari sebelumnya, indeks acuan S&P 500 SPX Wall Street naik 0,6 persen. Wall Street mencetak rekor karena kekhawatiran investor surut tentang seberapa buruk varian omicron akan memukul perekonomian.

Pihak berwenang mengatakan varian virus corona mungkin menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

Presiden Joe Biden menyerukan lebih banyak vaksinasi dan pengujian tetapi tidak mengumumkan rencana pembatasan perjalanan.

"Omicron tampak seperti gangguan jangka pendek bukannya hal yang membuat perekonomian keluar jalurnya," kata Edward Moya dari Oanda dalam sebuah laporan. Dia menilai jika pemulihan ekonomi AS pada 2022 masih terlihat sangat kuat.

Namun diakui, masih banyak yang belum pasti tentang omicron, yang tampaknya menyebar dengan sangat cepat.

Beberapa maskapai besar membatalkan puluhan penerbangan pada hari Jumat karena banyak pekerja mereka yang sakit.

 

2 dari 2 halaman

Imbas Omicron

Di Asia, Nikkei Tokyo tergelincir 0,1 persen, Hang Seng naik 0,1 persen dan Kospi Seoul naik 0,5 persen.

Saham di Shanghai turun 0,7 persen. Di Eropa, CAC 40 Prancis turun 0,3 persen, dan FTSE 100 London turun tipis kurang dari 0,1 persen.

Lonjakan kasus omicron telah membebani investor karena mereka telah mencoba untuk mengukur dampaknya pada laba perusahaan 2022.

Pemerintah di Asia dan Eropa telah memperketat kontrol perjalanan atau menunda rencana untuk melonggarkan pembatasan yang sudah ada.

Inflasi, sementara itu, berjalan pada level tertinggi hampir empat dekade di Amerika Serikat. Itu telah mendorong Federal Reserve untuk mempercepat penarikan stimulus ekonomi yang telah mendorong harga saham.

.