Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2021, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih catat pertumbuhan positif. Hingga penutupan perdagangan saham Jumat, 24 Desember 2021, IHSG naik 9,76 persen ke posisi 6.562.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (27/12/2021), IHSG yang mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2021 ditopang sejumlah sektor saham. Di antara 11 sektor saham di BEI, indeks sektor saham IDX sektor teknologi memimpin penguatan sepanjang 2021. Indeks sektor saham teknologi melambung 665 persen ke posisi 8.520,38. Adapun indeks sektor saham teknologi ini memiliki 23 saham.
Baca Juga
Selain itu, indeks sektor saham transportasi dan teknologi menguat 70,24 persen ke posisi 1.622,79. Di indeks sektor saham IDX transportasi dan logistik ini terdapat 27 saham. Kemudian indeks sektor saham energi atau IDX sektor energi bertambah 43,95 persen ke posisi 1.126,89. Ada sekitar 71 saham yang masuk dalam indeks sektor saham energi.
Advertisement
Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, sektor saham teknologi pada awal 2021 menjadi favorit investor. Hal ini seiring kekhawatiran COVID-19 karena varian delta sehingga mendorong pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperketat.
Selain itu, Wawan menuturkan, di sektor saham teknologi ada saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang naik signifikan sehingga berdampak terhadap sektor saham teknologi. Berdasarkan data RTI, saham DCII melambung 8.209,52 persen pada 2021 ke posisi Rp 34.900 per saham. Sebelumnya harga saham perdana DCII Rp 420 per saham.
"Sektor saham teknologi menguat, ada saham naik luar biasa yaitu saham DCII,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.
Ia menambahkan, sektor saham teknologi mulai menurun seiring investor mengalihkan portofolio ke sektor saham lain antara lain keuangan, komoditas dan bank. Hal ini seiring ekonomi mulai bergerak pada semester kedua sehingga investor lebih melihat prospek di sektor saham komoditas dan keuangan.
“Semester I valuasi saham (teknologi) sudah naik signifikan, valuasi sudah mahal.Ekonomi bergerak investor pindah ke sektor saham lain,” kata dia.
Wawan menuturkan, investor sebelumnya memilih sektor saham teknologi karena melihat pertumbuhan ke depan. Namun, realisasi dari ekspansi yang akan dilakukan perusahaan teknologi, menurut Wawan butuh waktu. Hal ini berbeda dengan sektor saham komoditas dan tambang. “Kalau harga batu bara naik terlihat terhadap penjualan batu bara,” ujar dia.
Wawan menuturkan, bagi investor untuk masuk sektor saham teknologi saat ini untuk hati-hati karena rawan koreksi. Hal ini lantaran valuasi saham yang sudah tinggi.
Sementara itu, indeks sektor saham transportasi dan logistik yang menguat signifikan, menurut Wawan didorong pelonggaran PPKM. Selain itu, saham di sektor transportasi dan logistik sudah tertekan sehingga berbalik arah untuk kembali menguat.
Sedangkan indeks sektor saham energi yang menguat, menurut Wawan didorong kenaikan harga batu bara pada 2021.
Ia menuturkan, pada awal 2021, harga batu bara sentuh USD 80 per ton melonjak menjadi USD 270 per ton pada semester II 2021. Kenaikan harga batu bara tersebut didorong ada permintaan dari China.
"Harga batu bara naik dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, emiten batu bra diuntungkan. Emiten batu bara itu berdasarkan kontrak yang akan dibawa sampai tahun depan,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tiga Sektor Saham Ini Alami Koreksi pada 2021
Adapun di tengah sektor saham yang menguat, ada tiga sektor saham yang masih alami koreksi pada 2021. Sektor saham itu antra lain indeks sektor saham IDX properti dan real estate susut 18,86 persen, indeks sektor saham IDX consumer nonsiklikal melemah 16,21 persen dan indeks sektor saham IDX sektor industri dasar merosot 1,24 persen.
Wawan menuturkan, sektor saham properti masih koreksi lantaran berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Wawan menilai, pertumbuhan ekonomi lesu mendorong masyarakat untuk wait and see beli properti.
"Properti itu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Kalau properti membaik tunggu pertumbuhan ekonomi membaik. Tunggu semester II 2022, lihat penjualan properti dulu,” kata Wawan.
Demikian juga dengan sektor saham industri dasar. Wawan menilai, hal itu sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi. “Industri dasar itu komponen besarnya semen dan kimia. Penjualan semen dan properti sejalan,” kata dia.
Wawan menuturkan, sektor saham konsumer nonsiklikal juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi 3,5 persen. Selain itu, di sektor saham ini ada Unilever yang mencatat penurunan penjualan sehingga sahamnya juga turun,” kata dia.
Advertisement