Sukses

Pandemi COVID-19, IHSG Mampu Menguat 10,08 Persen Sepanjang 2021

Sepanjang 2021, IHSG ditopang penguatan sejumlah indeks sektor saham. Salah satunya indeks sektor saham teknologi.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu catat pertumbuhan sepanjang 2021. Analis menilai pelaku pasar yang sudah antisipasi langkah bank sentral menjadi katalis pergerakan IHSG pada 2021.

IHSG ditutup turun tipis 0,29 persen ke posisi 6.581,48 pada hari terakhir perdagangan 2021, Kamis 30 Desember 2021. Dengan demikian, IHSG menguat 10,08 persen sepanjang 2021 dari posisi 2020 di kisaran 5.979,07. Pada 2021, IHSG menembus rekor baru di level 6.723,39 tepatnya sekitar 22 November 2021, posisi tersebut melampaui IHSG sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Sepanjang 2021, IHSG ditopang penguatan sejumlah indeks sektor saham. Indeks sektor saham teknologi mencatat penguatan terbesar sepanjang 2021. Indeks sektor saham teknologi melonjak 707,56 persen. Diikuti indeks sektor saham transportasi dan logistik menguat 67,78 persen, dan indeks sektor saham energi menanjak 45,56 persen.

Sedangkan indeks sektor saham yang alami koreksi antara lain indeks sektor saham consumer non siklikal susut 16,04 persen dan properti real estate susut 19,11 persen.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat, (31/12/2021), sejumlah saham menjadi penggerak IHSG antara lain saham ARTO, DCII,BBHI, TLKM, BBCA, MASA, BEBS, EMTK, BYAN dan BMRI. Sedangkan saham yang menjadi pemberat atau laggard IHSG antara lain saham UNVR, HMSP, MAYA, BUKA, SMGR, SMGR, BRIS, POLL, ASII, BRPT, dan UNTR.

Selain itu, kapitalisasi pasar saham sentuh Rp 8.256 triliun pada 2021. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih memimpin kapitalisasi pasar terbesar di BEI dengan total Rp 891 triliun, disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 617 triliun, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 400 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG ditutup melemah pada Kamis, 30 Desember 2021 seiring IHSG belum mampu break dari 6.688 sehingga berpotensi worst case skenario. Ia menuturkan, belum ada sentimen signifikan yang pengaruhi IHSG.

Sementara itu, IHSG sepanjang 2021, menurut Herditya dipengaruhi berbagai sentimen. Hal itu antara lain rilis data suku bunga acuan the Fed dan Bank Indonesia (BI) yang sesuai dengan harapan pasar.

“Percepatan tapering dan rencana kenaikan suku bunga pada kuartal III 2021 yang dilakukan the Fed sudah memperjelas para pelaku pasar akan langkah the Fed ke depan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Akan tetapi, terdapat sentimen IHSG berasal dari penyebaran varian omicron. Hal ini menyebabkan kekhawatiran pelaku pasar akan pengaruh varian omicron terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Prediksi IHSG

Secara teknikal, pergerakan IHSG saat ini Herditya perkirakan masih cenderung bergerak 50:50 ke depan.

"Dalam artian para pelaku pasar dapat mencermati level support dan resistancenya, di mana support krusial IHSG berada di level 6.480 dan resistance terdekatnya berada di level 6.688,” tutur dia.

Selama IHSG belum mampu bergerak menembus kedua area tersebut, Herditya mengatakan, pergerakan IHSG masih cenderung konsolidatif dan bergerak pada rentang 6.525-6.640.

Worst case, bila IHSG break support 6480, maka diperkirakan dapat menuju ke 6.375-6.450. Best case-nya, bila IHSG mampu break resist 6688, maka IHSG berpeluang menguat untuk menguji resist 6.754 sampai 6.800,” tutur dia.