Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi lanjutkan penguatan pada 2022. Sejumlah sentimen akan angkat IHSG baik dari global dan domestik.
Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, IHSG berpotensi sentuh 7.400-7.500 pada 2022. Hal tersebut akan didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia 5-6 persen pada 2022.
Baca Juga
Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, pelaku pasar dapat mencermati level support dan resistance IHSG dengan level support krusial di 6.480 dan resistance terdekat di level 6.688.
Advertisement
“Selama IHSG belum mampu bergerak menembus kedua area tersebut, pergerakan IHSG masih cenderung konsolidasi dan bergerak pada rentang 6.525-6.640,” kata dia, dikutip Senin (3/1/2022).
Ia menambahkan, worst case bila IHSG break support 6.480, diperkirakan dapat menuju ke 6.375-6.450. “Best case-nya, bila IHSG mampu break resistance 6.688, IHSG berpeluang menguat untuk menguji resistance 6.754-6.800,” tutur dia.
Dalam ulasan market outlook 2022 Schroders menyebutkan pasar saham Indonesia mengalami tahun anomali pada 2021 seiring terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara the hype sector proxy seperti teknologi karena digital proxy mengungguli saham-saham ekonomi umum meski tidak likuid dan valuasinya yang berlebihan.
“Tahun 2022 diyakini akan menjadi tahun yang baik untuk saham karena pemulihan ekonomi global terus berlanjut,” demikian mengutip laporan tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didukung Harga Komoditas
Schroders menyebutkan, ketika inflasi global mulai merangkak naik diikuti kenaikan suku bunga, bakal ada rasionalisasi pada valuasi yang berlebihan di sektor hype. Likuiditas yang masih melimpah dalam sistem juga memberikan beberapa bantalan pada prospek pertumbuhan ekonomi secara umum.
“Fenomena tingginya harga komoditas juga bisa merembet hingga 2022, dan Indonesia adalah penerima manfaat yang jelas seiring produsen komoditas utama nikel, tembaga dan kebutuhan pokok lainnya,” tulis laporan itu.
Selain itu, ada korelasi yang kuat antara harga komoditas dan konsumsi domestik yang akan positif bagi ekonomi Indonesia.
“Ini datang saat pasar saham Indonesia sebagian besar diabaikan oleh investor asing dan investor domestik sendiri karena ukurannya kecil dan kinerja yang kurang baik, kami melihat peluang naik untuk saham Indonesia pada 2022,” demikian mengutip laporan tersebut.
Meski terjadi kenaikan IHSG, sebagian besar kenaikan didorong saham unggulan yang terpilih tetapi indeks saham unggulan masih tertinggal.
Oleh karena itu, Schroders melihat ada potensi kenaikan saham unggulan. Adapun sektor saham bank dan konsumsi masih terlihat murah akan menerima manfaat dari kenaikan suku bunga dan ekspansi.
Adapun PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menyentuh ke posisi 7.600 pada 2022. Proyeksi IHSG ini seiring program pemulihan ekonomi yang berlanjut dan masih tingginya harga komoditas yang dipercaya dapat dongkrak pertumbuhan ekonomi domestik.
Head of Research Investment Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya mengatakan, Indonesia masih akan mendapatkan berkah dari harga komoditas yang diprediksi tetap tinggi pada 2022. Hal ini seiring eksposur besar Indonesia akan ekspor barang komoditas.
Ia menuturkan, momentum itu akan mengerek transaksi ekspor Indonesia secara keseluruhan yang bisa mendorong ekonomi dan kinerja perusahaan tumbuh lebih tinggi.
"Kita melihat laba bersih tahun 2022 bertumbuh 18 persen utama ditopang laba bersih perbankan. Kita apply target PE 16,4 kali. Best scenario kita melihat IHSG 8.000 jika komoditas supercyle terus berlanjut sampai dengan akhir 2022. Yang mana boosting kinerja laba bersih perusahaan terbuka di Indonesia,” ujar dia.
Advertisement
Didukung Fundamental Ekonomi
Sebelumnya, Chief Investment Officer PT Danareksa Investment Management, Herman Tjahjadi menuturkan, IHSG dapat bergerak di kisaran 6.500-7.300 pada 2022.
Penanganan COVID-19 di Indonesia yang dinilai baik telah meningkatkan Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumer Confidence Index/CCI). Indeks kepercayaan konsumen mulai tumbuh pada Oktober 2021.
"Semakin membaiknya situasi COVID-19 di Indonesia terlihat dari kemajuan vaksinasi COVID-19 yang sangat baik, sehingga Indeks Kepercayaan Konsumen di bulan Oktober meningkat menjadi 113,4," ujar dia pada 16 November 2021.
Dia mengatakan, bahkan Amerika Serikat juga mengakui penanganan Indonesia sangat baik. Sehingga masyarakat pun semakin memiliki ekspektasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pihaknya optimistis pada 2022 fundamental makro ekonomi Indonesia semakin positif. Apalagi pelaku bisnis juga mulai kembali investasi atau belanja modal secara bertahap.
"Dengan adanya pertumbuhan kredit, maka pertumbuhan ekonomi pun akan semakin meningkat," tutur dia.
Sentimen yang Perlu Diwaspadai
Sementara itu, Analis PT Sucor Sekuritas Hendriko Gani menuturkan, sejumlah sentimen perlu diwaspadai antara lain inflasi, penerapan tapering off bank sentral Amerika Serikat (AS) dan kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral seluruh dunia.
"Volatilitas bursa masih tinggi. Kekhawatiran inflasi, tapering off dipercepat, dan kekhawatiran omicron," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement