Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan perdana 2022, Senin, 3 Januari 2022. Investor di wall street memulai tahun baru dengan bertaruh ekonomi dapat mengatasi lonjakan kasus COVID-19.
Sementara itu, dua saham favorit mencapai tonggak penting pada perdagangan perdana 2022. Saham Apple menjadi perusahaan pertama dengan kapitalisasi pasar USD 3 triliun atau setara Rp 42.820 triliun (asumsi kurs Rp 14.273 per dolar AS). Saham Tesla melonjak 13,5 persen dalam satu hari.
Baca Juga
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 246,76 poin atau 0,6 persen ke rekor tertinggi 36.585,06. Indeks S7P 500 juga sentuh rekor tertinggi. Indeks S&P 500 naik 0,6 persen menjadi 4.796,56. Indeks Nasdaq memimpin kenaikan di antara indeks utama dengan melonjak 1,2 persen ke posisi 15.832,80.
Advertisement
Imbal hasil obligasi melonjak untuk memulai 2022 dengan imbal hasil treasury 10 tahun mencapai 1,6 persen. Hal itu memberi dorongan untuk saham bank. Saham Bank of America melonjak 3,8 persen, Wells Fargo bertambah 5,7 persen setelah kenaikan dari Barclays.
“Ini adalah awal yang penuh dengan setengah gelas untuk 2022. Itulah perspektif kami sepanjang 2021 dan menuju 2022,” ujar Global Investment Strategist US Bank Wealth Management, Tom Hainlin dilansir dari CNBC, Selasa (4/1/2022).
Ia menambahkan, pihaknya masih dalam pandangan optimistis yang moderat untuk tahun berjalan. Ia menilai ekonomi dan laba perusahaan akan mendukung kenaikan harga saham pada semester I 2022.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham di Wall Street
Di sisi lain, saham Apple naik 2,5 persen dan mencapai rekor baru dengan catat kapitalisasi pasar. Apple menjadi perusahaan AS pertama yang meraih itu dan melipatgandakan valuasi dalam waktu kurang dari empat tahun.
Selain itu, Tesla juga mendapatkan sejumlah momentum sehingga dorong kenaikan harga sahamnya. Teslah melaporkan pengiriman 308.600 unit pada kuartal IV 2021 yang mengalahkan harapan. Mengikuti Tesla, produsen mobil besar juga menguat. Saham Ford Motor dan General Motors masing-masing naik 4,8 persen dan 4,3 persen.
Saham berkaitan dengan pembukaan kembali ekonomi menguat pada awal pekan ini. Saham maskapai naik karena investor mengabaikan kekhawatiran tentang pembatalan penerbangan untuk liburan telah diperpanjang hingga Senin.
Saham American bertambah 4,4 persen dan United naik hampir 3,9 persen. Saham Norwegian Cruise Line dan Carnibal Corp termasuk di antara top gainers di indeks S& 500.
Saham Norwegian Cruise Line naik 6,9 persen dan Carnival Corp bertambah 6,4 persen. Saham kasino juga menguat dengan Las Vegas Sands dan Wynn Resorts masing-masing naik lebih dari tiga persen.
Bank of America mencatat saham menguat pada awal tahun baru karena investor mencari pendanaan baru untuk bekerja.
Berdasarkan temuan perseroan, indeks S&P 500 naik pada minggu pertama tahun kalender dalam 11 dari 13 tahun terakhir dengan rata-rata naik sekitar 1,6 persen.
Advertisement
Inflasi dan Kebijakan Moneter Jadi Perhatian Investor
Namun, ketidakpastian pandemi COVID-19 masih membayangi awal tahun. Munculnya varian omicron menyebabkan ribuan pembatalan penerbangan selama liburan.
Hal itu juga berdampak terhadap bisnis dan sekolah yang mempertimbangkan penutupan sementara. Beberapa bank besar wall street telah meminta karyawan untuk bekerja dari rumah selama beberapa minggu pertama Januari.
Pada awal pekan ini, saham Moderna dan BioNtech masing-masing turun 7,4 persen dan 10 persen. Saham Pfizer susut 4 persen. Penyebaran cepat varian omicron telah tercermin dalam jumlah kasus. Di sisi lain data menunjukkan tidak sebabkan peningkatan besar dalam rawat inap dan selera investor untuk produsen vaksin berkurang.
"Setiap gelombang yang kami miliki dari varian baru, kami mengatasi lebih cepat, dan saya pikir itu akan terus terjadi,” ujar Head of Investment Strategy SoFi’s Liz Young.
Inflasi dan kebijakan moneter menjadi sentimen utama pada 2022. Investor perkirakan bank sentral AS atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga beberapa kali pada tahun mendatang. Langkah bank sentral AS itu untuk menjinakkan inflasi.
"Suku bunga lebih tinggi tidak selalu menjadi hal buruk karena akan menunjukkan kekuatan dalam ekonomi. Namun, itu sesuatu yang harus dilalui oleh saham untuk sampai ke wilayah positif,” kata dia.