Liputan6.com, London - Kondisi tingkat biaya pinjaman yang rendah sepanjang sejarah dapat perusahaan manfaatkan dengan optimal sebelum kenaikan suku bunga.
Pada awal 2022, perusahaan berlomba-lomba menggali lubang utang. Perseroan memanfaatkan suku bunga rendah dan pasar modal sebelum Federal Reserve AS (The Fed) mulai menaikkan suku bunga. Padahal sejak pandemi COVID-19 melanda, tingkat suku bunga hampir mendekati nol.
Baca Juga
Di pasar modal AS, entitas berhasil mengumpulkan hampir USD 96 miliar atau setara Rp 1,37 kuadriliun (estimasi kurs Rp 14.316 per dolar AS) hingga Rabu, 12 Januari 2022. Demikian data dari Refinitiv. Situasi ini adalah permulaan yang kuat untuk tahun ini dalam catatan sejak 2003.
Advertisement
"Pendanaan yang kami lihat hanya dalam [minggu-minggu] pertama tahun ini telah besar, dan itu tidak hanya mencerminkan emiten yang berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam persaingan mereka, tetapi juga bahwa tingkat suku bunga bisa menjadi satu persen lebih tinggi atau lebih. pada akhir tahun," kata ahli strategi kredit Bank of America Barnaby Martin.
"Ini adalah dinamika yang sangat berbeda dari beberapa tahun terakhir."
The Federal Reserve AS (The Fed) memberikan sinyal terkait kenaikan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2022. Banyak pelaku pasar di wall street mengharapkan kenaikan suku bunga terjadi sampai empat kali atau lebih supaya mampu menekan harga dan inflasi. Para regulator tidak menganggap itu sebagai sebuah tantangan.
"Saat ini saya memiliki tiga kenaikan untuk tahun ini dan saya akan sangat terbuka untuk memulai pada Maret. Saya akan terbuka jika kenaikan suku bunga terjadi lebih dari yang diproyeksikan jika memang itu diperlukan,” ujar presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker saat wawancara bersama Financial Times, dikutip dari laman CNN, ditulis Minggu (16/1/2022).
Refinitiv mengurutkan emiten terkemuka per Januari antara lain perusahaan mobil seperti General Motors (GM) dan Ford (F) ,Caterpillar (CAT) , Deere (DE) , asuransi MetLife dan Dick's Sporting Goods (DKS).
Martin mengatakan serbuan telah terbukti di Amerika Serikat dan di Eropa. Ini dibangun di atas kesadaran jika biaya pinjaman tetap rendah menurut standar historis, akses ke modal hanya akan menjadi lebih mahal.
"Jika suku bunga benar-benar meningkat dari sini, maka kami telah melihat pembiayaan terbaik untuk perusahaan," ia menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pinjaman Perusahaan Bakal Berkurang pada Akhir Tahun
Perusahaan-perusahaan bluechip dengan peringkat kredit yang kuat telah memimpin, menurut Martin. Namun, beberapa emiten dengan peringkat yang lebih rendah juga berhasil mengambil tindakan. Meskipun kesepakatan semacam itu biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk berdiri. Cruise line Royal Caribbean (RCL) menutup penawaran bernilai USD 1 miliar minggu lalu.
CEO AMC Entertainment (AMC) Adam Aron mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengungkapkan minatnya menuju pasar utang di Twitter baru-baru ini.
Dia mengatakan resolusi tahun baru untuk AMC adalah untuk membiayai kembali beberapa utang jaringan bioskop yang sedang berjuang untuk mengurangi biaya bunga dan memperkuat neraca keuangannya.
Selanjutnya, pinjaman korporasi diperkirakan akan berkurang akhir tahun ini setelah awal yang cepat. Kepala penelitian kredit S&P Global Ratings di Eropa Paul Watters menyampaikan penerbitan perusahaan non-keuangan diperkirakan akan turun sekitar 7 persen secara global pada 2022.
Salah satu faktornya adalah pembiayaan kembali menjadi kurang menarik begitu suku bunga mulai naik. Perusahaan juga sudah memiliki banyak uang tunai berkat lingkungan yang ramah untuk meminjam selama dua tahun terakhir.
Selain itu, China sedang mencoba untuk mengurangi ketergantungan perusahaan pada pembiayaan utang untuk membatasi risiko terhadap ekonominya.
Advertisement
Inflasi Naik Signifikan dalam Empat Dekade Terakhir
Harga konsumen AS naik pada laju tercepat dalam 39 tahun per Desember, melampaui ekspektasi the Fed mungkin perlu merespons lebih agresif untuk mengendalikan inflasi. Terbaru, indeks harga konsumen AS naik 7 persen pada 2021. Biro Staristik Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu, 12 Januari 2022 ini merupakan kenaikan tertajam sejak Juni 1982.
Alokasi biaya makanan dan energi cenderung lebih fluktuatif tatkala nflasi melonjak 5,5 persen selama setahun terakhir. Dimana menjadi kenaikan tertinggi sejak 1991. Sekaligu lonjakan signifikan dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya sebesar 4,9 persen.
Data tersebut memberikan prediksi di Wall Street dimana The Fed dapat menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali pada 2022. Alhasil mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Kepala Investasi di UBS Global Wealth Management Mark Haefele mengatakan kepada klien bank mengharapkan imbal hasil acuan tenor 10tahun Treasury AS naik menjadi 2 persen untuk beberapa bulan mendatang. Harapan ini berlandaskan karena investor mencerna sikap The Fed yang lebih hawkish bersama dengan peningkatan lebih lanjut. pembacaan inflasi."
Hasil pada catatan 10-tahun berada di hampir 1,75 persen pada Kamis pagi, 13 Januari 2022 naik dari mendekati 1,5 persen pada awal tahun.
Namun, Haefele tidak berpikir kenaikan imbal hasil, yang secara historis telah mendorong investor menarik uang dari pasar saham akan membahayakan reli ekuitas. Justru dia mencatat inflasi tahun-ke-tahun masih mungkin mencapai puncaknya pada tahun-tahun pertama, kuartal dan surut sepanjang tahun.
Reporter: Ayesha Puri