Liputan6.com, New York - Goldman Sachs mencatat tahun yang fenomenal. Meski demikian, Goldman Sachs sama seperti banyak pesaingnya di wall street, hasil kinerjanya belum cukup memuaskan investor.
Investment Banking Powerhouse menyampaikan pada Selasa, 18 Januari 2022, Goldman Sachs meraup laba USD 3,9 miliar atau setara Rp 55,9 triliun (estimasi kurs Rp 14.353 per dolar AS) pada kuartal IV. Dengan begitu, harga setiap saham Goldman Sachs sekitar USD 10,81 atau Rp 155,1 ribu.
Baca Juga
Sementara itu, analis memproyeksikan laba perusahaan mencapai USD 4,1 miliar (atau Rp 58,8 triliun) dengan harga per saham sebesar USD 11,70 (setara Rp 167,9 ribu). Sayangnya, setelah pengumuman itu, saham Goldman justru merosot 8 persen.
Advertisement
Seperti banyak pesaingnya, Goldman Sachs (GS) diuntungkan dari ledakan aktivitas perdagangan dan karena perusahaan ingin go public atau melakukan akuisisi tahun lalu. Pendapatan perbankan investasi melonjak 58 persen YoY pada 2021.
Goldman Sachs menyampaikan pendapatan keseluruhan per kuartal IV mencapai USD 12,6 miliar atau setara Rp 180,8 triliun. Realisasi pendapatan ini melampaui perkiraan dan melonjak 8 persen dari tahun lalu.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tetap Jaga Kinerja
Untuk mempertahankan kinerja, perusahaan berupaya meningkatkan layanan atas jasa atas bisnis wealth mangament dan nasabah ritel. Hal ini mencakup unit online banking Marcus yang membukukan rekor pendapatan tahun lalu.
Selama setahun penuh, Goldman Sachs menghasilkan pendapatan lebih dari USD 59 miliar atau Rp 846,8 triliun), dengan laba bersih USD 21,6 miliar, atau setara Rp 310, 04 triliun.
"Pada 2021 adalah tahun rekor bagi Goldman Sachs. Kinerja luar biasa perusahaan ini merupakan bukti kekuatan waralaba klien kami dan orang-orangnya," ujar CEO Goldman Sachs David Solomon, mengutip situs CNN, ditulis Minggu (23/1/2022).
Solomon menambahkan ke depan, tim kepemimpinan perusahaan tetap berkomitmen guna menumbuhkan Goldman Sachs, mendiversifikasi bisnis dan memberikan pengembalian yang kuat bagi pemegang saham.
Saat pertemuan perusahaan dengan analis, dia pun memperingatkan investor terkait inflasi yang disebabkan oleh kenaikan upah dan gangguan rantai pasokan terkait dengan penyebarannya COVID-19 varian Omicron dalam beberapa waktu ke depan.
"Tidak mengherankan lonjakan kasus baru-baru ini memberi tekanan lebih pada rantai pasokan. Inflasi bertahan di banyak negara, dan bank sentral utama mulai menaikkan suku bunga," tutur Solomon.
Di samping itu, Solomon berpendapat inflasi mungkin berada di atas tren untuk beberapa waktu. Dalam waktu dekat, tekanan inflasi dapat terus meningkat sebelum mulai menurun. Ia percaya pasar akan melihat lebih banyak volatilitas karena kebijakan pelonggaran ini dibatalkan regulator AS.
Advertisement
Tunda Rencana Karyawan Bekerja dari Kantor
Kendati begitu, Solomon berharap ekonomi global segera melewati masa terburuk pandemi COVID-19. Mayoritas perusahaan di Wall Street termasuk Goldman Sachs menunda rencana agar banyak karyawannya kembali ke kantor pusatnya di Manhattan.
"Pandangan saya, COVID-19 akan menjadi endemik. Sebagai masyarakat, kita akan menemukan cara untuk menghadapinya, didukung oleh kemanjuran vaksin dan perawatan baru," ujar dia.
Oleh karena itu, Goldman Sachs harus fleksibel dan dinamis atas regulasi yang diterapkan supaya bisa beradaptasi dengan keadaan dunia yang baru ini. Seraya menunggu kemungkinan karyawan untuk kembali ke kantor dengan aman.
Gerak Saham Goldman Sachs
Goldman Sachs memiliki banyak sensasi yang harus dipenuhi dalam laporan pendapatannya. Saham melonjak 45 persen pada 2021 praktis menjadikan Goldman Sachs sebagai pemain terbaik ketiga di Dow. Hanya tertinggal dari Home Depot (HD) dan Microsoft (MSFT) .
Saham Goldman Sachs jatuh pada Jumat, 14 Januari 2022. Saat bersamaan ketika JPMorgan Chase (JPM) dan Citigroup (C) melaporkan pendapatan yang lesu untuk memuaskan investor juga.
Karyawan Goldman Sachs mendapat manfaat dari hasil 2021 yang solid. Perusahaan mengatakan pada Selasa, 18 Januari 2022, pihaknya menyisihkan USD 17,7 miliar sebagai kompensasi dan tunjangan untuk stafnya tahun lalu. Angka ini meningkat 33 persen dari 2020. Itu berarti rata-rata hampir USD 404 ribu untuk 43.900 pekerja perusahaan.
Â
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement