Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia merosot pada Senin (24/1/2022) terpengaruh sentimen investor menantikan pertemuan Federal Reserve AS (The Fed) pada pekan ini dalam mengambil kebijakan moneter.
Indeks Nikkei 225 tergelincir 1 persen dan indeks Topix merosot 0,64 persen. Sementara di Korea Selatan, indeks saham Kospi juga turun 1,46 persen. Di bursa saham China juga merosot. Indeks Shanghai susut 0,44 persen. Indeks Shenzhen melemah 0,16 persen.
Baca Juga
Di Australia, ASX 200 merosot 0,33 persen. Sektor saham energi, material dan keuangan di negara Kangguru juga susut masing-masing 0,99 persen, 1,31 persen dan 0,39 persen.
Advertisement
Sektor saham itu tertekanimbas dari aksi jual besar-besaran investor atas saham penambang, minyak utama dan bank-bank besar. Hanya saham Commonwealth Bank yang terlihat menghijau dengan kenaikan 0,36 persen.
Pada Jumat, 21 Januari 2022, banyak saham global yang dilepas para investor. Di Amerika Serikat (AS), indeks Nasdaq Composite yang padat emiten teknologi anjlok 7,6 persen untuk pekan ini. penurunan ini menjadi yang terburuk sejak Oktober 2020. Indeks Nasdaq Composite berrada 17 persen lebih rendah dari rekor penutupan pada November 2021.
Federal Open Market Committee (FOMC) akan melakukan pertemuan pada Selasa dan Rabu. Rapat ini bertujuan untuk memutuskan langkah kebijakan moneter AS selanjutnya.
Inflasi yang kian hari kian meningkat menjadi fokus utama bank sentral AS. Investor akan secara seksama mendengarkan kekhawatiran Ketua The Fed Jerome Powell tatkala memberikan arahan usai pertemuan FOMC. Menurut jadwal, Powel akan memberikan keterangan kepada awak media pada Rabu sore (24/1/2022) waktu AS.
"Pasar diperdagangkan dengan hati-hati menjelang pernyataan FOMC minggu ini. Perkiraannya akan hawkish dan berpotensi menguraikan kasus kenaikan suku bunga mulai Maret,” tulis analis ANZ Research dalam catatan Senin pagi (24/1/2022), dilansir dari laman CNBC.
Analis ANZ Research meragukan the Fed akan mengakhiri pelonggaran kuantitatif pekan ini. Pernyataan ini berlandaskan beberapa spekulasi di pasar.
"Kami juga ragu The Fed akan mulai memperketat kebijakan dengan kenaikan suku bunga 50 poin. Pasar mungkin stabil apabila The Fed tidak hawkish seperti yang ditunjukkan oleh beberapa kasus terburuk yang dikhawatirkan," ia menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bursa saham di New York terjun bebas bersamaan bursa di Asia, Eropa, Amerika Latin, dan wilayah-wilayah lain. Hal ini menguatkan kembali kekhawatiran terjadinya kembali resesi, setelah penguatan Wall Street selama 11 tahun dan di tengah perlambatan e...
Indeks Dolar AS
Di pasar mata uang, indeks dolar AS diperdagangkan datar pada kisaran 95.685 atas sekeranjang mata uang acuan dunia lainnya.
Yen Jepang menguat di posisi 113,76 per dolar di atas pencapaian minggu sebelumnya sekitar 114.8. Seementara dolar Australia sedikit mengalami perubahan menjadi seharaga USD 0,7180.
Harga minyak berjangka naik selama jam perdagangan Asia. Minyak mentah AS meroket 0,8 persen menjadi USD 85,82 setara Rp 1,23 juta (asumsi kurs Rp 14.337 per dolar AS) per barel.
Kenaikan harga minyak mentah AS dan minyak acuan global Brent kali ini menjadi progres kelima berturut-turut. Menurut laporan Reuters, untuk minggu ini saja keduanya sudah naik hampir 2 persen. Sementara akumulas lonjakan harga minyak pada awal tahun ini sudah mencapai 10 persen. Harga minyak yang kian tinggi disebabkan karena pasar mengkhawatirkan pasokan minyak
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement