Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan pasar modal Indonesia akan kedatangan sejumlah emiten baru dari perusahaan rintisan atau startup.
Sebelumnya, sudah ada satu startup berstatus unicorn atau memiliki valuasi di atas USD 1 miliar yang mencatatkan saham di bursa, yaitu PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) pada 2021.
Baca Juga
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, saat ini bursa telah melakukan pemetaan terhadap 50 unicorn dan centaur yang telah diketahui melalui pemberitaan dengan minimal penggalangan dana sebesar USD 20 juta dan beroperasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 perusahaan di antaranya telah bertemu dengan BEI.
Advertisement
"Kita sudah bertemu dengan para unicorn dan centaur. 15 perusahaan di antaranya telah menyatakan rencana untuk go public,” ungkap Nyoman dalam edukasi wartawan pasar modal, Kamis (3/2/2022).
Nyoman memaparkan, berdasarkan data dari Mandiri Capital, Indonesia tercatat sebagai penghasil unicorn terbanyak di ASEAN. 9 dari 15 unicorn di kawasan tersebut berasal dari Indonesia dengan valuasi sekitar USD 41,6 miliar.
Indonesia juga memiliki potensi besar menghasilkan unicorn baru dengan banyaknya centaur atau startup dengan valuasi di bawah unicorn, berkisar antara USD 100 juta hingga USD 1 miliar.
Di ASEAN, tercatat 70 perusahaan later stage startup dengan status centaur, di mana 38 persen atau sekitar 27 perusahaan berasal dari Indonesia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Momentum IPO Perusahaan Startup
Sementara itu, pengamat pasar modal Lucky Bayu Purnomo menuturkan, saat investor memilih startup dan perusahaan yang IPO perlu memperhatikan startup tersebut mampu menyelesaikan persoalan sosial. Ia mencontohkan salah satunya uber yang menjadi fenomena dan membantu mengantar penumpang dari tujuan ke tujuan lainnya.
"Semua mulai dari based problem benar-benar dapat diselesaikan, persoalan sosial. Memiliki nilai fundamental yang baik,” ujar dia saat wawancara di salah satu stasiun televisi.
Sedangkan tantangan perusahaan startup, menurut Lucky adalah kompetisi dengan startup sejenis. Oleh karena itu, investor juga perlu cermati melihat perkembangan yang ditawarkan startup tersebut.
“Startup competitor dapat selesaikan persoalan lebih praktis di sini sektoral secara ekosistem makin berkembang hadirnya kompetisi hadirkan banyak nilai tambah,” kata dia.
Adapun mengenai perusahaan startup untuk IPO, menurut Lucky, kuartal I 2022 dapat jadi momentum untuk IPO.
Advertisement