Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan Jumat (4/2/2022). Hal ini didorong sejumlah sentimen global dan dalam negeri seperti kenaikan kasus COVID-19.
Pengamat pasar modal Edwin Sebayang menuturkan, tekanan jual di bursa saham Indonesia akibatkan IHSG turun bakal berlanjut pada Jumat pekan ini. “Hal ini disebabkan kurang kondusifnya kondisi eksternal domestik hari ini,” ujar Edwin dalam catatannya.
Baca Juga
Ia menyampaikan, sejumlah sentimen yang bebani bursa saham antara lain cukup tajamnya kejatuhan indeks di wall street antara lain indeks Dow Jones turun 1,45 persen bahkan indeks Nasdaq susut lebih tajam sebesar 3,74 persen, alami penurunan terburuk sejak September 2020.
Advertisement
Hal itu dikontribusi dari tajamnya kejatuhan harga saham induk Facebook Meta sebesar 26,4 persen menyusul perkiraan akan turunnya laba perseroan pada kuartal mendatang. Begitu juga halnya pendapatan yang juga akan turun. Selain itu, saham Snap tergelincir 23,6 persen dan Twitter susut 5,5 persen.
Edwin menambahkan, sentimen negatif lain datang dari kenaikan harga minyak 2,38 persen menjadi USD 90 per barel.
Secara umum dapat memicu kenaikan inflasi global di tengah semakin meningkatnya tensi geopolitik antara Ukraina vs Rusia menyusul kembali dikirimnya 3.000 tentara Amerika Serikat (AS) ke Polandia, Rumania dan Jerman. Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun mendekati level dua persen sebagai antisipasi akan naiknya suku bunga acuan the Federal Reserve.
Dari dalam negeri, Edwin menuturkan, kenaikan kasus COVID-19 juga menjadi sentimen negatif. Ia prediksi, IHSG bergerak di kisaran 6.588-6.703 pada Jumat pekan ini.
Sementara itu, CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG berpotensi bergerak pada rentang terbatas.
Ia menilai, pola pergerakan IHSG terlihat telah geser rentang konsolidasi ke arah lebih baik seiring masih tercatatnya aliran dana yang masuk ke pasar modal Indonesia secara year to date (ytd). Tercatat aksi beli saham oleh investor asing mencapai Rp 6,8 triliun hingga 3 Februari 2022.
William menuturkan, hal itu menunjukkan kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia turut menjadi penunjang bagi kenaikan jangka pendek IHSG. Namun, risiko terhadap potensi terjadinya koreksi jangka pendek tetap perlu diwaspadai mengingat perlambatan perekonomian merupakan salah satu faktor yang pengaruhi pola gerak IHSG hingga kini.
"IHSG masih berpotensi bergerak pada rentang terbatas di kisaran 6.606-6.743,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saham Pilihan
Untuk saham pilihan yang dapat dicermati pelaku pasar, William memilih saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Selain itu, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Sedangkan Edwin memilih saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC), PT PP Tbk (PTPP), PT Summarecong Agung Tbk (SMRA), CTRA, PT Royal Prima Tbk (PRIM).
Selanjutnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Siloam Hospital Tbk (SILO), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Advertisement