Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan jasa pengelola dana (aset management), PT Batavia Prosperindo Asset Management meluncurkan Reksa Dana Batavia Sharia Equity USD (BTSEU), suatu reksa dana berbasis dollar Amerika Serikat, dengan menggunakan prinsip syariah.
Hal tersebut disampaikan oleh CEO Â PT Batavia Prosperindo Asset Management Lilis Setiadi dalam acara Virtual Launching Reksa Dana BTSEU, Senin, (7/2/2022).
Baca Juga
Seperti halnya produk berbasis saham lain, BTSEU juga mengandung risiko karena reksa dana ini berbasis saham juga berdenominasi dollar. Selain risiko valuta asing, juga ada risiko likuiditas, meskipun hampir sebanyak 50 persen underlyingnya di saham-saham mega caps (berkapitalisasi besar).
Advertisement
"Ini adalah reksa dana saham berdenominasi dollar, risiko harus di-highliht itu forex, di saham-saham luar negeri, ada risiko kenaikan harga saham yang diinvestasikan, nilai saham bisa naik turun dari waktu ke waktu atau risiko pasar. Risiko likuiditas selalu ada, mega caps, hampir 50 persen megacaps, kalau di bursa AS. Ada regulation risk, karena kita investasi di perusahaan berdomisili di negara lain," kata dia.
Namun di sisi lain, reksa dana ini diuntungkan karena basis sektoralnya yang mengusung sektor teknologi yang saat ini tumbuh pesat. Terutama karena COVID-19 sektor teknologi mengalami akselerasi pertumbuhan karena segala Sesuatu dilakukan secara digital, dengan kebutuhan akan teknologi yang lebih tinggi.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Investor Harus Pahami Risiko
Untuk itu, Lilis mengedukasi, investor yang ingin berinvestasi di produk reksa dana BTSEU ini sebaiknya sudah memahami risiko investasinya.
Pada prinsipnya peluang profit dengan risiko berjalan beriringan. Karena itu, investor yang disasar pun lebih ke investor atas dengan profil dana cukup untuk diversifikasi, dan memiliki pemahaman dan kesiapakan akan fluktuasi dan risiko-risiko yang bisa timbul.
"Risiko fluktuasi bisa cukup dalam kalau ada berita tertentu. Itu perlu dipahami investor, ini akan memberikan nilai tambah dalam jangka menengah-panjang," kata dia.
Â
Â
Reporter: Elizabeth Brahmana
Advertisement