Sukses

Laporan Keuangan hingga PPKM Bakal Topang IHSG Sentuh 7.000

Pada Februari 2022, IHSG akan mempertahankan tren kenaikan dengan target berada di posisi 7.054.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian menggeliat bahkan berpotensi menembus level agresif hingga 7.800 hingga akhir 2022. Investor dinilai mulai kembali ke pasar usai menerapkan sikap wait and see di awal tahun.

Head of Invesment Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Roger M.M menuturkan, IHSG berpotensi mencapai level 7.600 atau upsite 10-12 persen dari harga saat ini. Sementara untuk level agresif, Roger prediksi IHSG mampu menembus angka 7.800 hingga akhir 2022.

Pada Februari 2022, IHSG akan mempertahankan tren kenaikan dengan target berada di posisi 7.054. IHSG pada bulan kedua ini, IHSG berupaya menguji resistance pada kisaran 6.917 dan support di posisi 6.763-6.634.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengungkapkan beberapa faktor yang akan membantu IHSG berpeluang besar mencapai posisi 7.000.

Setidaknya ada empat sentimen utama yakni data ekonomi domestik dan global, laporan keuangan emiten sepanjang 2021, pergerakan harga komoditas serta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan mobilitas.

"Setiap PPKM diperketat, IHSG menyentuh harga tertinggi di mana hal ini juga pernah terjadi pada Juli 2022. Ini (pengetatan PPKM) memang menjadi salah satu faktor perbaikan IHSG tetapi bukan satu-satunya,” ujar Martha dalam acara virtual Mirae Day pada Kamis (10/2/2022).

Dalam situasi seperti ini, pemerintah akan memberlakukan kebijakan gas-rem yang terbukti menjadikan sebagai sentimen berpengaruh atas lonjakan IHSG ke rekor-rekor terbarunya pada tahun ini.

Selain itu,  Senior Investment Infromation Mirae Asset Nafan Aji Gusta berpesan mengenai pentingnya implementasi protokol kesehatan (prokes) yang ketat oleh masyarakat serta meminta pemerintah untuk meningkatkan program vaksinasi massal. Hal ini beperan sebagai katalis positif untuk meningkatkan kepercayaan diri para pelaku pasar.

Antisipasi ini perlu dilakukan mengingat sejak akhir 2021, kasus pandemi COVID-19 terutama kasus positif barian omicorn terus bertambah. Lantas menjadi salah satu indikasi Indonesia akan segera menghadapi gelombang ketiga COVID-19 pada Februari-Maret.

Dalam acara virtual tesebut Nafan memaparkan data-data yang menujukkan presentase kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahunan.

Dengan catatan jika hal tersebut mampu regulator terapkan dengan baik. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan sebesar 5,6 persen serta World Bank dan OECD memproyeksikan sekitar 5,2 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Sentimen COVID-19 hingga Harga Komoditas Bayangi IHSG

Awal 2022 ini, para pemodal cenderung memilih untuk menunggu (wait and see) guna konfirmasi angka votalitas (votality rate) kasus COVID-19 di Indonesia. Setelah memastikan kasus COVID-19 tidak banyak berpengaruh terhadap pasar, barulah investor mulai percaya diri untuk memasuki pasar modal kembali.

Kendati begitu, pada Januari IHSG menguat 0,8 persen dan menutup di  level 6.331. IHSG berada di level support dan resistante yakni 6.726 – 6.568.

Sepanjang 2021, IHSG berhasil meningkat 10 persen. Selain itu data PMI Januari terus menguat ke level 53,7. Produk Domestik Bruo (PDB) Indonesia tumbuh 3,69 persen mendekatai target pemerintah yakni 4 persen.

Ekonomi yang semakin membaik pada Januari terpengaruh ada lonjakan harga komoditas energi. Larangan ekspor batu bara menyebabkan harga meroket tajam yakni USD 200 per ton.

Permintaan yang tinggi sementara supply terbatas juga turut mendorong batu bara ke harga tertinggi. Tak hanya itu, kondisi geopolitik Rusia-Ukrania kerap membuat harga komoditas energi melambung pada awal 2022.

3 dari 3 halaman

Sektor Saham

Dari 11 indeks sektroral, hanya empat sektor yang menguat dan tujuh sisanya melemah. Keempat sektrol tersebut adalah sektor bahan baku, sektor barang konsumen non-primer, sektor energi dan sektor keuangan. Dengan saham penggerak yaki BBCA, BMRI, TLKM, TPIA, dan BBNI.

Sektor energi mecatatkan performa terbaik sepanjang Januari 2022 yang mana sukses meningkat 14 persen, lalu menyusul sektor transportasi.

Saham penyokong di sektor energi adalah BYAN, ADMR, TMAS dan CMPP. Saham CMPP menjadi saham energi dengan progres terbesar yakni 164 persen. Performa saham terburuk adalah sektor teknologi dan sektor properti yang mengalami penyusutan paling parah.

Di samping nilai IHSG yang kian bergerak naik, total aksi beli investor asing pun turut menorehkan rekor baru. Tercatat pada Januari, aksi beli investor asing mencapai Rp 7,7 triliun yang 50 persennya merupakan pembelian atas saham BCA, BNI dan BRI. Pada rentan waktu yang sama, saham BUKA justru dijual oleh asing.

 

Reporter: Ayesha Puri