Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan terbuka atau emiten seyogyanya memiliki pemegam saham pengendali. Hal ini untuk memastikan arah perusahaan ke depan. Sehingga investor juga memiliki pandangan mengenai saham emiten yang digenggam, dan bisa mempertimbangkan keputusan investasinya.
Namun ada beberapa perusahaan terbuka yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh publik. Baru-baru ini, PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) diketahui kehilangan pemegang saham pengendali. Hilangnya pemegang saham pengendali bukan kali pertama terjadi.
Baca Juga
Sebelumnya pemegang saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) juga pernah mengeluhkan tidak adanya pemegang saham pengendali dan utama perusahaan.
Advertisement
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menilai, hengkangnya pemilik saham pengendali mengindikasikan pemegang saham atau pemilik (owner) perusahaan sudah tidak peduli dengan masa depan perusahaanya. Sehingga kepemilikan perusahaan diserahkan kepada publik.
"Kalau seperti itu artinya pemilik perusahaannya sudah meninggalkan perusahaan tersebut. Sudah tidak peduli dan tidak tahu menahu lagi. Biasanya memang perusahaan itu sudah bangkrut, secara operasional sudah tidak jalan," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat (11/2/2022).
Teguh menjelaskan, perusahaan dinyatakan bangkrut secara hukum melalui pengadilan. Ada pihak yang menggugat kepailitan, dan dikabulkan oleh pengadilan, maka perusahana tersbeut dinyatakan bangktur secara hukum.
Namun, selama putusan itu tidak pernah ada kendati operasional perusahaan berhenti, entitas perusahaan tersebut secara hukum masih tetap eksis.
"Tapi ada banyak perusahaan seperti itu, yang meskipun tidak dinyatakan bangkrut tapi secara operasional sudah tidak ada. Kalau seperti itu, saya menganalogikannya seperti mobil yang supirnya kabur,” kata Teguh.
"Jadi mobilnya mungkin masih bagus, enggak ada masalah. Tapi kalau sudah tidak ada yang mengendalikan, ya enggak jelas arahnya kemana,” ia menambahkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Selanjutnya
Pada kondisi seperti itu, Teguh menyarankan agar investor melakukan aksi jual lantaran harga saham nyaris mustahil untuk kembali naik. Mengingat kemungkinan besar perusahaan sudah tidak lagi beroperasi secara maksimal.
"Jadi kalau ada investor publik yang masih pegang sahamnya, saran saya jual. Karena ini perusahaan ibarat mobil sudah tidak ada pengemudinya. Pasti ujung-ujungnya nabrak,” tandasnya.
Advertisement