Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menyentuh rekor tertinggi baru pada perdagangan Jumat, (18/2/2022). Penguatan IHSG tersebut juga ditopang dari aksi beli investor asing.
Pada penutupan perdagangan, IHSG melonjak 0,84 persen ke posisi 6.892,81. Indeks LQ45 menguat 0,67 persen ke posisi 979,96. Seluruh indeks acuan kompak menguat. Menjelang akhir pekan, IHSG berada di level tertinggi sepanjang masa secara intraday di 6.899,41.
Selain itu, IHSG sentuh level terendah di 6.812,35. Sebanyak 295 saham menguat sehingga angkat IHSG. Namun, 225 saham melemah dan 170 saham diam di tempat.
Advertisement
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan 1.518.972 kali dengan volume perdagangan 25,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,1 triliun. Investor asing beli saham Rp 799,42 miliar. Demikian mengutip data RTI, Jumat pekan ini.
Sebagian besar sektor saham menguat kecuali indeks sektor saham IDXtransportasi melemah 1,04 persen dan indeks sektor saham IDXhealth susut 0,15 persen.
Selain itu, indeks sektor saham IDXinfrastruktur menanjak 2,37 persen dan catat penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXtechno mendaki 1,9 persen dan indeks sektor saham IDXproperty bertambah 1,42 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG berlawanan dengan pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Asia yang cenderung bervariasi. Sentimen domestik yang mendominasi pergerakan IHSG.
"Hal ini kami perkirakan karena beberapa hal seperti ada surplus transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV 2021 sebesar USD 1,4 M yang tentunya hal ini berdampak baik bagi kondisi perekonomian Indonesia,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan sentimen lainnya yang topang IHSG yaitu aliran dana asing yang masuk ke IHSG sebesar Rp 799 miliar.
“Secara teknikal karena IHSG sudah break dari resistancenya maka terjadi lanjutan fase uptrend di IHSG,” ujar dia.
Sentimen Eksternal
Sedangkan dari sentimen eksternal, Herditya mengatakan masih dibayangi dari pengetatan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan cenderung agresif pada sisi moneternya. Hal ini untuk meredam inflasi yang melonjak di angka 7,5 persen. Ia menilai, investor pun masih mencermati hal tersebut.
"Untuk ketegangan Rusia-Ukraina memang mewarnai pergerakan IHSG namun demikian nampaknya tensi sudah mulai menurun dan dapat diselesaikan dengan jalur diplomasi oleh kedua belah pihak. Namun demikian, worst casenya, sewaktu-waktu konflik dapat terjadi kembali,” kata dia.
Herditya menuturkan, secara teknikal pergerakan IHSG berada di akhir fase uptrennya. Oleh karena itu, ia menilai, investor perlu mewaspadai level support terdekat IHSG di 6.790.”Karena apabila break dari level tersebut kami perkirakan rawan koreksi ke area 6.600,” kata dia.
Advertisement