Sukses

Laba MayBank Indonesia Naik 29,9 Persen pada 2021

PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) menyatakan pertumbuhan laba bersih tersebut didukung biaya provisi yang rendah dan efisiensi biaya bunga.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) berhasil mengukuhkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp 1,64 triliun untuk tahun buku 2021. Laba bersih itu naik 29,9 persen dari Rp 1,27 triliun pada tahun sebelumnya.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, raihan itu didukung oleh biaya provisi yang rendah, efisiensi biaya bunga dan biaya overhead, serta kinerja positif Unit Usaha Syariah (UUS), bertepatan dengan momentum perekonomian yang mulai berangsur pulih di tengah masih terjadinya pandemi COVID-19.

Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) turun 2 persen menjadi Rp 7,12 triliun per Desember 2021. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih rendah dan tren yield kredit (loan yield) yang menurun, sejalan dengan penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia serta restrukturisasi kredit akibat pandemi.

Namun demikian, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) naik 14 basis poin menjadi 4,7 persen di Desember 2021, sehubungan dengan perbaikan biaya dana (cost of funds) dan pertumbuhan CASA yang kuat.

Fee-based income turun 12,1 persen menjadi Rp 2,09 triliun pada Desember 2021, terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan fee transaksi global Mmarket.

Bank mampu mempertahankan momentum pertumbuhan dengan memperkuat basis pendapatan ritel. Seperti di antaranya, Bancassurance, yang tumbuh 26,9 persen menjadi Rp 201 miliar pada Desember 2021 dari Rp 158 miliar pada tahun sebelumnya.

Sejak 2020, Maybank Indonesia mengambil langkah konservatif, dan secara proaktif mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis. Bank juga terus mendampingi debitur yang masih menghadapi tantangan dengan menerapkan program restrukturisasi kredit untuk tetap menjaga kualitas aset Bank.

"Upaya proaktif Bank dengan mencadangkan provisi dan dampak positif dari penerapan program restrukturisasi yang telah berkontribusi kepada penurunan biaya provisi sebesar 25,8 persen menjadi Rp 1,54 triliun,” ujarnya dalam keterangan resmi, ditulis Senin (21/2/2022).

Bank mencatat rasio non-performing loan (NPL) (konsolidasian) menjadi 3,7 persen (gross) dan 2,6 persen (net) pada Desember 2021, dari 4,0 persen (gross) dan 2,5 persen (net) pada Desember 2020.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Kredit Perseroan

Sementara itu, rasio loan at risk (LAR) secara bank only membaik ke level 18,0 persen pada Desember 2021, dari 21,5 persen pada tahun sebelumnya. Hal itu didukung oleh kualitas kredit yang kembali menjadi lancar atas peran aktif Bank dalam proses pemantauan dan restrukturisasi kredit nasabah.

"Bank terus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent Banking) dan mempertahankan risk posture pada tingkat yang sehat untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga,” kata Taswin.

Dari sisi overhead, turun 4,2 persen menjadi Rp 5,47 triliun pada Desember 2021. Di tengah berlangsungnya pandemi, Bank tetap menerapkan risk appetite yang konservatif pada penyaluran kredit yang disetujui untuk menjaga kualitas aset.

Total kredit Bank turun 3,3 persen menjadi Rp 101,77 triliun dari Rp 105,27 triliun di 2020, namun bertumbuh 3,0 persen secara kuartalan.

Kredit segmen Global Banking tumbuh 1,4 persen menjadi Rp 35,00 triliun di 2021. Meskipun total kredit segmen Community Financial Services (CFS) mengalami penurunan 5,6 persen menjadi Rp 66,78 triliun secara tahunan, secara kuartalan kredit segmen CFS tumbuh 2,4 persen.

Kredit pemilikan rumah (KPR) terus bertumbuh positif sebesar 9,0 persen secara tahunan dan 3,1 persen secara kuartalan menjadi Rp 15,28 triliun, yang sekaligus menjadi motor penggerak pertumbuhan kredit di segmen CFS Ritel.

Total simpanan nasabah relatif stabil secara tahunan tetapi bertumbuh 12,8 persen secara kuartalan.

"Profil pendanaan Bank terus menguat di sepanjang 2021, didukung strategi Bank untuk mempertahankan likuiditas yang kuat dan pendanaan yang efisien dengan mengurangi simpanan berbiaya tinggi, serta mengoptimalkan layanan perbankan digital Bank untuk menghimpun simpanan nasabah,” ungkap Taswin.

3 dari 3 halaman

CASA

Bank mampu meningkatkan CASA sebesar 18,5 persen menjadi Rp 54,26 triliun pada Desember 2021. Bank juga berhasil menurunkan simpanan berjangka (time deposits) sebesar 12,4 persen menjadi Rp 60,63 triliun pada Desember 2021.

Sementara, rasio CASA Bank meningkat menjadi 47,2 persen dari total simpanan nasabah pada Desember 2021, dibandingkan 39,8 persen pada tahun sebelumnya.

Dengan pencapaian tersebut, maka posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank only berada di posisi yang sehat, yakni pada level 76,3 persen. Sementara, rasio kewajiban pemenuhan kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) bank only, tercatat sebesar 183,2 persen pada Desember 2021.

Angka itu berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100,0 persen. Posisi permodalan Bank tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 26,9 persen pada Desember 2021. Total modal Bank tercatat naik menjadi Rp 28,39 triliun pada Desember 2021.