Sukses

Saham IATA Meroket pada 2022, Begini Penjelasan MNC Energy Investments

Manajemen PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) memberikan penjelasan terkait saham IATA yang menguat pada 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) terpantau terus meroket pada 2022. Sejak awal tahun, saham IATA naik 121 poin atau 186,15 persen.

Pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat 25 Februari 2022, IATA ditutup naik 4 poin atau 2,2 persen ke posisi 186 per lembar saham. Saham dibuka pada 184, mencatatkan kenaikan tertinggi di level 196 dan terendah di 179.

Sehubungan dengan itu, Komisaris PT MNC Energy Investments Tbk, Darma Putra menuturkan, naiknya kinerja saham IATA salah satunya terkait perubahan bisnis yang dilakukan perseroan.

Pada Februari lalu, pemegang saham IATA menyetujui akuisisi 99,33 persen saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

Darma mengatakan, dengan fokus bisnis baru di bidang batu bara, maka revenue perseroan juga akan mengalami kenaikan, Didorong tren kenaikan harga batu bara.

"Jadi secara otomatis investor merasa ini adalah perusahaan yang sudah bertransformasi menjadi very profitable company," kata Darma Putra dalam paparan publik insidentil, Jumat (25/2/2022).

Sebagai gambaran, hingga kuartal III 2021, MNC Energy Investments yang sebelumnya bernama PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk dengan fokus bisnis penerbangan, mencatatkan pendapatan USD 7,2 juta. Sementara BCR mencatatkan revenue USD 44,1 juta.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Ekspor Batu Bara

Sebelumnya, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) menargetkan ekspor batu bara di kisaran 6 juta MT pada 2022.

Target tersebut merujuk pada tingginya permintaan baru bara dalam beberapa waktu terakhir. Di tambah, baru-baru ini terjadi ketegangan antara Rusia-Ukraina. Komisaris PT MNC Energy Investments Tbk, Darma Putra  mengungkapkan, Rusia memiliki kontribusi ekspor 20 persen dari kebutuhan batu bara dunia.

"Kami ingin memanfaatkan momentum kenaikan harga batubara yang sangat bagus saat ini," kata Darma dalam paparan publik insidentil, Jumat, 25 Februari 2022.

"Di Rusia juga produksi batu bara terganggu karena mulai perang. Mereka biasanya ekspor hampir 20 persen dari kebutuhan batu bara di dunia. Jadi kalau mereka berhenti produksi untuk sementara karena perang. Sehingga supply di dunia batubara berkurang, otomatis harga akan naik terus,” imbuhnya melengkapi.

Adapun target produksi IATA tahun ini yakni sekitar 7,8 juta MT. Terdiri dari PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal Concession (BSPC) masing-masing 4,5 juta MT dan 1,8 MT.

Pada 2022, dua tambang lain yakni PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) juga mulai beroperasi di atas area seluas 30 juta ha. Masing-masing ditargetkan dapat memproduksi batu bara 1 juta MT dan 500 ribu MT.

Di sisi lain, Darma mengatakan perseroan tetap akan mematuhi kebijakan pemerintah terkait aturan penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) 25 persen persen. Sehingga setelah dikurangi DMO, perseroan baru akan mengalokasikan sisanya untuk ekspor.

"Kita ada regulasi untuk lokal 25 persen. Jadi sekitar 5,6 juta MT untuk minimum yang kita ekspor, atau maksimal 6 juta MT," kata Darma.

Adapun negara tujuan ekspor saat ini antara lain China, Vietnam dan India. Namun perseroan tidak menutup kemungkinan untuk membuka pasar baru seiring dengan masih tingginya permintaan batu bara.

"Kita banyak menjual ke China, India, Vietnam dan juga lokal. sudah banyak juga long term kontrak dan ada juga off taker yang siap membeli semua dari 1 IUP,” tandasnya.