Sukses

Saham Pembayaran China Melonjak Imbas Rusia Dikeluarkan dari SWIFT

Sanksi SWIFT terhadap Rusia adalah peristiwa penting yang akan mempercepat proses de-dolarisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Saham terkait pembayaran China melonjak pada Senin, (28/2/2022) karena Amerika Serikat dan Eropa yang mengeluarkan Rusia dari SWIFT.

Dilansir dari Channel News Asia, hukuman tersebut akan menguntungkan sistem pembayaran lintas batas China dan mempercepat pengembangan mata uang digital.

Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) mengatakan pada Sabtu, mereka akan mengusir bank-bank besar Rusia dari sistem pembayaran global utama SWIFT dan mengumumkan langkah-langkah lain untuk membatasi penggunaan peti perang senilai USD 630 miliar atau sekitar Rp 9 kuadriliun oleh Moskow.

Saham perusahaan China yang terlibat dalam pengembangan infrastruktur pembayaran untuk yuan digital, termasuk Newland Digital Technology Co, Lakala Payment Co, dan Client Service International Inc naik kuat, meskipun ada pelemahan di pasar Cina yang lebih luas.

Saham terkait pembayaran lainnya yang ikut naik termasuk XGI Inc, Guangdong Tecsun Science & Technology Co, dan Global Infotech Co.

Seorang analis di Founder Securities, Dang Cong Yu mengungkapkan, sanksi SWIFT terhadap Rusia adalah peristiwa penting yang akan mempercepat proses de-dolarisasi. 

"Meskipun sulit untuk menggantikan SWIFT dalam jangka pendek, insiden ini sangat bermanfaat bagi globalisasi yuan dalam jangka panjang," ungkap Yu, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (28/2/2022). 

Pandangan dari Yu itu digaungkan oleh Guosheng Securities, yang merekomendasikan saham terkait pembayaran China, yang potensi sistem pembayaran China sendiri yaitu CIPS, dan yuan digital, untuk mematahkan hegemoni dolar.

Analis lain, Liu Gaochang dan Yang Ran juga menuturkan, di latar belakang persaingan kekuatan global, yuan digital akan memainkan peran kunci dalam mempromosikan status global yuan, dan perkembangannya akan dipercepat. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Bursa Saham Asia pada 28 Februari 2022

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin, 28 Februari 2022. Hal ini seiring investor memantau krisis Ukraina-Rusia dan sanksi terkait.

Di bursa saham China cenderung turun. Indeks Shanghai susut 0,54 persen dan indeks Shenzhen melemah 0,76 persen. Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah 0,87 persen. Di Jepang, indeks Nikkei melemah 0,28 persen.

Indeks Topix mendatar. Di Korea Selatan, indeks Kospi menguat 0,14 persen dan indeks Kosdaq bertambah 0,49 persen. Indeks ASX 200 di Australia naik 0,5 persen.

Harga minyak berjangka naik lebih dari empat persen. Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat 5,2 persen menjadi USD 96,35 per barel pada jam perdagangan di Asia setelah naik 6 persen. Harga minyak Brent naik 4,3 persen menjadi USD 102,14. Harga emas naik 1,23 persen ke posisi USD 1.910,84.

Pasar bergejolak pekan lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina. Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street sebelum ditutup pada Jumat, 25 Februari 2022. Namun, saham berjangka melemah pada perdagangan Minggu,27 Februari 2022.

Rusia melanjutkan serangan ke Ukraina pada akhir pekan, dengan laporan pertempuran di jalan dan pasukan mengepung Kiev.

Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pasukan dan bersiap nuklir dalam siaga tinggi untuk menanggapi reaksi internasional terhadap invasi Rusia. AS dan sekutunya mengumumkan sanksi dan tindakan baru untuk memukul Rusia, seperti menghapus bank-bank Rusia terpilih dari sistem pesan antar bank, SWIFT.

Banyak negara juga mengatakan akan menutup wilayah udaranya untuk pesawat Rusia. Di bidang diplomatik, perwakilan dari pemerintah Ukraina dan Rusia telah sepakat untuk bertemu di perbatasan Ukraina-Belarus tanpa prasyarat, menurut Kementerian Pertahanan Ukraina. Belarus, yang berbatasan dengan Ukraina dan Rusia, memiliki hubungan dekat dengan Moskow.

Sementara itu, indeks dolar AS berada di posisi 97,217 dari posisi sebelumnya 96,61. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 115,50. Sedangkan dolar Australia berada di kisaran USD 0,7182.