Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menargetkan produksi batu bara 58-60 juta ton pada 2022. Pada 2021, Adaro Energy Indonesia mencatat produksi batu bara 52,70 ton. Realisasi tersebut turun 3 persen yoy.
Selain itu, Adaro Energy Indonesia mencatat penjualan batu bara sebesar 51,58 juta ton pada 2021. Realisasi penjualan batu bara melemah 5 persen yoy.
Pada 2021, Adaro Energy Indonesia juga mencatat pengupasan lapisan penutup sebesar 218,90 Mbcm pada 2021 atau naik 4 yoy sehingga nisbah kupas 2021 tercatat 4,15 kali. Perseroan menyatakan cuaca buruk sepanjang tahun memperlambat kegiatan pengupasan lapisan penutup.
Advertisement
Baca Juga
Pada 2022, perseroan akan mencatat nisbah kupas 4,1 kali. EBITDA operasional ditargetkan USD 1,9 miliar-USD 2,2 miliar. Adapun belanja modal yang disiapkan sekitar USD 300 juta-USD 450 juta pada 2022.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO), Garibaldi Thohir memperkirakan pemulihan ekonomi global akan berdampak positif terhadap industri ini. Namun, pihaknya tetap waspada terhadap pandemi yang belum juga usai.
"Kami akan senantiasa meningkatkan keunggulan operasional, pengendalian biaya, dan efisiensi, serta terus mengeksekusi strategi demi keberlanjutan bisnis di jangka panjang,” kata dia.
Sebelumnya pada 2021, Adaro Energy Indonesia mengeluarkan USD 193 juta untuk belanja modal. Dana belanja modal terutama untuk pembelian dan penggantian alat berat serta pemeliharaan kapal. Belanja modal 2021 itu lebih rendah daripada panduan yang ditetapkan USD 200-USD 300 juta.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja 2021
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan kinerja positif sepanjang 2021. Hal itu ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan dan laba bersih Adaro Energy Indonesia.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk mencatat pendapatan usaha bersih USD3,99 miliar atau setara Rp 57,43 triliun (asumsi kurs Rp 14.383 per dolar AS) pada 2021. Pendapatan usaha bersih itu tumbuh 58 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,53 miliar atau sekitar Rp 36,45 triliun.
Pendapatan tersebut naik seiring kenaikan harga jual rata-rata sebesar 70 persen seiring tingginya harga batu bara. Pada 2021, perseroan produksi sekitar 52,70 juta ton batu bara atau turun 3 persen yoy dan mencatat penjualan batu bara 51,58 juta ton pada 2021 atau susut 5 persen yoy.
Beban pokok pendapatan naik 14 persen dari USD 1,95 miliar pada 2020 menjadi USD 2,22 miliar pada 2021. Laba kotor meningkat 207 persen menjadi USD 1,77 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar USD 577 juta. Hal itu juga mendorong laba usaha tumbuh 436 persen dari USD 285 juta pada 2020 menjadi USD 1,52 miliar pada 2021.
Selain itu, PT Adaro Energy Tbk mencatat laba inti naik 210 persen menjadi USD 1,25 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 405 juta.
"Pencapaian ini menunjukkan bisnis inti yang solid dan keunggulan operasional,” tulis manajemen perseroan dalam keterangan tertulis, Kamis, 3 Maret 2022.
Adapun laba inti tidak termasuk komponen non operasional setelah dikurangi pajak, misalnya rugi derivatif instrument keuangan, rugi penurunan nilai pinjaman kepada pihak berelasi, rugi penurunan nilai aset tetap, dan rugi penurunan nilai wajar investasi pada perusahaan patungan terkait investasi pada aset batu bara bernilai kalor rendah di Kalimantan Timur.
Ebitda operasional naik 138 persen dari USD 883 juta pada 2020 menjadi USD 2,10 miliar pada 2021.
Sementara itu, PT Adaro Energy Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melambung 535,34 persen menjadi USD 933,49 juta atau setara Rp 13,42 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 146,92 juta atau sekitar Rp 2,11 triliun. Laba per saham dasar juga naik 538 persen menjadi USD 0,02927 pada 2021.
Advertisement