Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten batu bara telah mengumumkan laporan keuangan untuk tahun buku 2021. Pada periode tersebut, kinerja emiten batu bara kompak menguat. Hal itu tak lepas dari tren kenaikan harga batu bara yang turut mengerek pendapatan perseroan selama tahun lalu.
Merujuk laporan keuangan perseroan dalam laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/4/2022), rupanya juga ada emiten batu bara yang mencatat penurunan pendapatan meski tipis. Lengkapnya, berikut Liputan6.com telah merangkum kinerja emiten baru-bara sepanjang 2021:
1. Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR)
Advertisement
Pendapatan sepanjang 2021 tercatat sebesar USD 460,17 juta, naik 273,2 persen dibanding tahun sebelumnya USD 123,3 juta. Raihan itu berasal dari aktivitas pertambangan sebesar USD 459,46 juta dan jasa lainnya USD 707,52 juta.
Pada periode 2021, perseroan mengukuhkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 155,11 juta, berbanding terbalik dari posisi tahun sebelumnya yang catatkan rugi USD 28,29 juta.
Baca Juga
2. Adaro Energy Tbk (ADRO)
Pendapatan perseroan tercatat USD 3,99 miliar pada 2021, naik 57,51 persen dibanding tahun sebelumnya USD 2,53 miliar. Berasal dari pertambangan dan perdagangan batu bara sebesar USD 3,84 miliar, jasa pertambangan USD 660,82 juta, logistik USD 321,4 juta, dan lain-lain USD 131,64 juta dengan eliminasi USD 958,7 juta
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turut naik 535,34 persen menjadi USD 933,5 juta dari tahun sebelumnya yang tercatat USD 146,93 juta
3. Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)
Pendapatan tercatat sebesar USD 691,37 juta, naik 108,58 persen dibanding 2020 sebesar USD 331,46 juta. Raihan iru berasal dasi satu segmen operasi yaitu pengoperasioan tambang batu bara.
Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat USD 205,16 juta, naik 572,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 30,52 juta.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bayan Resources
4. Bayan Resources Tbk (BYAN)
Mencatatkan pendapatan USD 2,85 miliar pada 2021, naik 104,44 persen dibandingkan pendapatan pada 2020 sebesar USD 1,4 miliar. Berasal dari penjualan batu bara USD 3,6 miliar, non batu bara USD 552,91 juta dengan eliminasi USD 1,3 miliar
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar USD 1,21 miliar, naik 268,88 persen dibanding tahun sebelumnya sebearUSD 328,74 juta.
5. Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA
)Perseroan mencatatkan pendapatan yang naik 43,63 persen dari sebelumnya USD 1,52 trkiun. Terdiri dari segmen konstruksi, operasi dan keuangan pembangkit listrik USD 49,53 juta.
Kemudian perdagangan USD 119,68 juta, pertambangan dan perdagangan batu bara USD 1,94 miliar, penyediaan TV cable dan internet USD 57,12 juta dan lain-lain USD 1,55 juta.
Pada peride tersbeut, perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dpaat diatribusikna kepada pamilik enyitas inuk sebesar USD 120,08 juta, berbanding terbalik dari posisi kahir 2020 yang rugi USD 83,81 pesen.
6. Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL)
Pendapatan perseroan di 2021 tercatat sebesar Rp 2,3 triliun, naik 46,5 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 1,57 triliun yang berasal dari pertambangan dan perdagangan batu bara.
Pada periode tersebut, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Naik 167,87 persen menjadi Rp 94,14 miliar dari Rp 35,14 miliar pada 2020.
7. Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
GEMS mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sepanjang 2021 naik 49,42 persen menjadi USD 1,59 miliar dibanding tahun sebelumnya USD 1,06 miliar.
Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi USD 348 juta, naik 270,5 persen dibanding 2020 sebesar USD 93,93 juta.
Advertisement
Harum Energy-Indo Tambangraya Megah
8. Harum Energy Tbk (HRUM)
Perseroan mencatatkan total pendapatan USD 336,18 juta, naik 113,01 persen dibanding 2020 sebesar USD 157,82 juta. Terdiri dari pertambangan USD 324,81 juta serta sewa dan jasa USD 24,66 juta, dengan eliminasi USD 12,3 juta.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 25,63 menjadi USD 74,3 juta dibandingkan posisi tahun sebelumnya USD 59,14 juta.
9. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Pada 2021, pendapatan perseroan naik 75,21 persen menjadi USD 2,08 miliar dari USD 1,19 miliar di 2020. Raihan itu berasal dari batu bara USD 2,07 miliar, bahan bakar USD 4,1 juta dan jasa USD 2,53 juta.
Pada periode tersebut, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yakni sebesar USD 475,57 juta, naik 1,104 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya USD 39,5 juta.
10. Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP)
Perseroan membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan tercatat sebesar USD 309,84 juta, naik 53,99 persen dibanding tahun sebelumnya USD 201,21 juta.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 266,13 persen menjadi USD 100,57 juta dibanding sebelumnya USD 27,47 juta.
Samindo Resources-Golden Eagle Energy
11. Samindo Resources Tbk (MYOH)
Tak seperti yang lain. Pendapatan perseroan sepanjang 2021 malah turun tipis 7,4 persen menjadi USD 160,66 juta dibanding tahun sebelumnya USD 173,47 juta.
Namun, perseroan berhasil menekan biaya pokok pendapatan sehingga membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 26,93 juta. Naik 19,62 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar USD 22,51 juta.
12. Bukit Asam Tbk (PTBA)
Pendapatan PTBA naik 68,9 persen menjadi Rp 29,26 triliun dari Rp 17,32 di 2020. Terdiri dari segmen batu bara Rp 28,87 triliun dan lainnya Rp 2,15 triliun dengan eliminasi Rp 1,76 triliun.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 7,91 triliun. Naik 231,37 persen dibandingkan pada 2020 sebesar Rp 2,39 triliun.
13. Petrosea Tbk (PTRO)
Pendapatan perseroan di 2021 tercatat sebesar USD 415,74 juta, naik 22,03 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar USD 340,69 juta. Berasal dari pertambangan USD 298,93 juta, jasa USD 50,25 juta, rekayasa dan konstruksi USD 64,16 juta, dan tidak dialokasikan sebesar USD 2,4 juta.
Adapun laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik tipis 4,45 persen menjadi USD 33,71 juta dari USd 32,3 juta di 2020.
14. Golden Eagle Energy Tbk (SMMT)
Pendapatan perseroan pada 2021 tercatat naik 142,68 persen menjadi Rp 508,27 miliar dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 209,45 miliar.
Adapun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 233,44 miliar, berbanding terbalik dengan posisi 2020 yang catatkan rugi Rp 16,53 miliar.
Advertisement