Sukses

Saham Pilihan Emiten Tambang saat Harga Energi Melambung

Riset Kiwoom Sekuritas juga menyoroti harapan kinerja emiten batu bara yang baik terus berlanjut seiring kenaikan harga batu bara akibat konflik Rusia-Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas kian perkasa di tengah konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Dengan kenaikan harga komoditas dinilai dapat dongkrak harga bahan baku.

Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan ketegangan geopolitik terbaru antara Rusia-Ukraina berpotensi meningkatkan risiko lonjakan material kuartal ini.

"Ini terjadi di belakang inflasi yang sudah meningkat dan ekonomi global yang diterpa gelombang lain dari pandemi Covid-19,” ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat (1/4/2022).

Ia menilai, konflik geopolitik Rusia-Ukraina merugikan secara material lantaran mengganggu pasokan minyak. Sudah rahasia umum, jika terjadi kenaikan harga minyak, harga batu bara juga bakal terkerek.

“Skenario bisa memicu kontraksi tajam 2,3 juta bpd dalam produksi minyak yang mendorong harga minyak dengan cepat menjadi USD 150 per barel, kenaikan 100 persen dari harga rata-rata di kuartal IV 2021,” kata Wahyu.

"Intinya, lonjakan harga minyak ke USD 150 per barel didasarkan pada asumsi yang tajam dan kejutan besar pada pasokan minyak," ia menambahkan.

Sementara itu, kesekian kalinya Saudi memperingatkan kejutan kekurangan minyak. Arab Saudi sekali lagi menyesalkan kurangnya investasi dalam minyak dan gas dan mengatakan bahwa hanya berfokus pada energi terbarukan.

"Bahkan Eropa adalah korban dari kebijakannya sendiri. Kurangnya oil, hapus coal dan nuklir. Ketergantungan natural gas dari Rusia. Itulah kelemahan yang dimanfaatkan Putin untuk menekan Eropa. Jadi energy jelas terdampak. So migas naik, coal ikut naik. Wajar emiten terkait coal naik,” kata Wahyu.

Berdasarkan sektornya, Wahyu mencermati beberapa emiten yang menarik dari sektor energi. Di antaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Dengan target potensial ITMG 30.000-32.200-34.000, PGAS 1.640-1.900-2.000, PTBA 4.000-4.500-5.000, dan ADRO new all time high 5.000-6.000-7.000. Sementara untuk saham lainnya yang bisa dicermati antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Pilihan Saham Batu Bara

Senada, dalam riset Kiwoom Sekuritas juga menyoroti harapan kinerja emiten batu bara yang baik terus berlanjut seiring kenaikan harga batu bara akibat konflik Rusia-Ukraina.

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menyebutkan dua emiten yang menarik untuk dicermati saat harga batu bara melambung, yakni ADRO dan PTBA.

"Pada 2022, kami memproyeksikan pendapatan ADRO akan meningkat lagi menjadi USD 5,6 miliar atau tumbuh 42 persen yoy dengan asumsi ADRO berada di tengah momentum kenaikan harga batu bara dan potensi untuk meningkat penjualan batu bara menjadi 56 juta ton atau tumbuh 9 persen yoy," ungkap Sukarno.

Laba bersih diproyeksikan sebesar USD 994 juta atau tumbuh 6 persen yoy. ADRO menargetkan produksi batu bara sebesar 58-60 juta ton. Kemudian, ADRO menganggarkan capex senilai USD 300-450 juta. Dalam riset tersbeut, Kiwoom sekuritas merekomendasikan untuk add pada saham ADRO. Sementara untuk PTBA, rekomendasinya adalah overweight.

Kinerja PTBA jauh di atas ekspektasi kami. PTBA pada kuartal IV 2021 mencatat pendapatan sebesar Rp 9,9 triliun, tumbuh 9 persen QoQ atau tumbuh 121 persen yoy. Menghasilkan total pendapatan sebesar Rp 29,3 triliun atau tumbuh 69 persen yoy di 2021.

“Itu di atas perkiraan kami atau lebih besar 31 persen dari proyeksi kami,” beber Sukarno.

Pada 2022, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pendapatan PTBA akan meningkat lagi menjadi Rp 37,5 triliun atau tumbuh 28,6 persen yoy dengan asumsi PTBA berada di tengah momentum kenaikan harga batu bara dan memiliki potensi untuk meningkatkan penjualan batu bara menjadi 34,5 juta ton atau tumbuh 21 persen yoy. Sedangkan laba bersih diproyeksikan sebesar Rp 8,9 triliun atau tumbuh 13 persen yoy.