Sukses

Wall Street Kembali Lesu Usai Inflasi AS Cetak Rekor Tertinggi Sejak 1981

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,34 persen menjadi 4.397,45.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 12 April 2022. Wall street sempat menguat pada awal sesi perdagangan dan memicu aksi jual karena investor mempertimbangan data inflasi AS terbaru.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,34 persen menjadi 4.397,45. Indeks Nasdaq tergelincir 0,30 persen menjadi 13.371,57. Dua indeks acuan di wall street tersebut membukukan koreksi dalam tiga hari. Indeks Dow Jones melemah 87,72 poin atau 0,26 persen menjadi 34.220,36.

Pada awal sesi perdagangan, rata-rata indeks acuan menguat tajam. Indeks Dow Jones reli 361,89 poin atau 1,1 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 1,3 persen dan 2 persen. Wall street berusaha pulih dari kerugian tajam yang dialami pada sesi sebelumnya.

Indeks harga konsumen melonjak 8,5 persen pada Maret 2022 dibandingkan tahun lalu sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan dan berada di level tertinggi sejak 1981.

Hal itu berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja. Sementara itu, inflasi inti yang tidak termasuk harga pangan dan energi, naik 0,3 persen pada Maret 2022. Sementara ekonom prediksi inflasi 0,5 persen. Harga inti tahunan naik 6,5 persen.

Inflasi yang tinggi meningkatkan harapan kebijakan moneter yang lebih ketat dari bank sentral AS atau the Federal Reserve yang dikhawatirkan investor dapat memperlambat ekonomi. The Fed menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Maret, dan diperkirakan meningkat lebih besar sepanjang tahun.

“Saya pikir the Fed harus melanjutkan setidaknya kenaikan 50 basis poin dalam sejumlah pertemuan,” ujar Profesor Wharton School Jeremny Siegel dilansir dari CNBC, Rabu (13/4/2022).

Ia menambahkan, suku bunga acuan the Fed harus di atas 3-3,5 persen jika ingin memperlambat inflasi. Siegel melihat kenaikan inflasi terus berlanjut untuk berbulan-bulan ke depan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun dari level tertinggi dalam tiga tahun. Hal ini setelah rilis laporan inflasi. Imbal hasil acuan turun lebih dari enam basis poin menjadi sekitar 2,72 persen setelah laporan inflasi.

Saham teknologi melemah. Saham Microsoft dan Nvidia masing-masing turun 1,1 persen dan 1,9 persen.

Selain itu, pergerakan wall street juga terjadi di tengah lonjakan harga minyak. Hal ini setelah China melonggarkan lockdown akibat COVID-19. Harga minyak Brent melonjak 6,26 persen menjadi USD 104,64 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 6,69 persen menjadi USD 100,60 per barel.

Saham energi mengikuti kenaikan harga minyak. Saham Occidental Petroleum melonjak 2,1 persen. Saham Devon Energy menguat 3,7 persen, Marathon Oil naik 4,2 persen dan Chevron menanjak hampir 2,1 persen.

Investor juga menunggu rilis laporan keuangan yang akan dimulai pada Rabu pekan ini. JPMorgan, Delta Airlines akan mulai rilis laporan keuangan. Diikuti beberapa bank besar.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 11 April 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada Senin, 11 April 2022 seiring investor semakin khawatir terhadap imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi AS bertenor tiga tahun akan mulai perlambat ekonomi.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak di atas 2,79 persen pada awal pekan ini. Level tersebut tidak terlihat sejak Januari 2019 karena bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menguatkan investor terhadap pengetatan kebijakan moneter ke depan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq anjlok 2,18 persen menjadi 13.411,96. Koreksi indeks Dow Jones terjadi lantaran growth stock yang alami tekanan terbesar. Indeks Dow Jones merosot 413,04 poin atau 1,19 persen menjadi 34.308,08. Indeks S&P 500 susut 1,69 persen menjadi 4.412,53.

Aksi jual terjadi di saham growth stock dan teknologi pada April 2022. Hal itu membuat indeks Nasdaq merosot lebih dari lima persen sepanjang April 2022.

Indeks Nasdaq pun turun 17 persen dari level tertinggi sepanjang masa. Sebelumnya indeks Nasdaq ini menguat pada Maret 2022 dengan kenaikan 3,4 persen.

“Jika kita mengumpulkan apa yang menggerakkan pasar hari ini, saya pikir kita hanya mencerminkan apa yang kita lihat di lingkungan imbal hasil obligasi,” ujar Chief Market Strategist National Securities, Art Hogan, dilansir dari CNBC, Selasa, 12 April 2022.

Ia menambahkan, sulit untuk mengetahui apa yang akan memutus siklus itu kecuali suku bunga stabil dan mulai tertekan dalam beberapa minggu.

4 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Kekhawatiran atas  kenaikan suku bunga telah mendorong investor untuk melepas aset yang berisiko. Salah satunya saham teknologi yang menyebabkan tekanan. Saham Microsoft turun 3,9 persen. Saham semikonduktor antara lain Nvidia dan Advanced Micro Devices masing-masing merosot 5,2 persen dan 3,6 persen.

Di sisi lain, harga minyak turun pada awal pekan ini di tengah kekhawatiran lockdown karena COVID-19 di China akan menekan permintaan global. Harga minyak Brent susut 4,18 persen ke posisi USD 98,48 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 4,04 persen ke posisi USD 94,29 per barel.

Saham energi merosot. Saham Occidental Petroleum melemah hampir 6,3 persen. Saham Diamondback Energy turun 4,8 persen dan ConocoPhilips susut 4,9 persen.

Sedangkan saham maskapai melawan tren wall street yang tertekan. Hal ini ditunjukkan dengan saham Delta Air Lines melonjak 4 persen. Saham Alaska Air Group naik 1 persen, American Airlines Group bertambah 2,3 persen, Southwest Airlines menguat 3,4 persen dan United Airlines Holdings naik 1,1 persen.