Sukses

Wika Gedung Kantongi Kontrak Baru Rp 2,64 Triliun pada Kuartal I 2022

PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) atau Wika Gedung bidik kontrak baru Rp 7,1 triliun pada 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) mengantongi kontrak baru Rp 2,64 triliun hingga Maret 2022. Capaian kontrak baru yang telah diperoleh tersebut antara lain pembangunan gedung fasilitas pengembangan produk PT Bio Farma.

Kemudian revitalisasi Bandara Halim, pembangunan Bandara Kediri Phase 2, dan Pembangunan Ruko Pracetak Kota Podomoro Tenjo.

"Capaian kontrak baru tersebut menunjukkan komposisi pasar BUMN 30,57 persen dan swasta 69,42 peren,” ujar  Direktur QHSE dan Pemasaran Wika Gedung, Yulianto, dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (20/4/2022).

Adapun pada 2022, Wika Gedung menargetkan perolehan kontrak dihadapi (order book) sebesar Rp 16,16 triliun. Target tersebut terdiri dari target kontrak baru (new contract) Rp 7,10 triliun dan carry over tahun 2022 sebesar Rp 9,06 triliun.

Komposisi perolehan target kontrak baru 2022 rencananya berasal dari Pemerintah 53,62 persen, BUMN sebesar 32,58 persen, dan Swasta 13,79 persen.

“Komposisi proyek-proyek tersebut merupakan target minimal WEGE sebesar Rp 7,1 triliun yang merupakan target utama yang akan dicapai tahun ini. Selain itu WEGE juga memitigasi dengan menyasar kontrak baru cadangan,” ujar Direktur Keuangan, Human Capital dan Manajemen Risiko WIKA Gedung, Syailendra Ogan.

Sementara target pendapatan total, termasuk pendapatan joint operation (JO) 2022 sebesar Rp 5,87 triliun naik 52,88 persen dari RKAP 2021 sebesar Rp 3,84 triliun. Target laba bersih yakni Rp 319,65 miliar atau 37,98 persen naik dari RKAP 2021 sebesar Rp 231,67 miliar. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Siap Tebar Dividen 2021

Sebelumnya, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) akan membagikan dividen tahun buku 2021 sebesar 20 persen dari laba bersih 2021.

Pembagian dividen tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Selasa, 19 April 2022. Dalam RUPST, pemegang saham setuju pembagian dividen sebesar Rp 42,78 miliar.

Sisa laba bersih Wika Gedung sekitar Rp 21,39 miliar atau 10 persen digunakan untuk cadangan wajib, dan cadangan lainnya Rp 149,70 miliar atau 70 persen dari laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 213,88 miliar.

Adapun dividen 2021 meningkat 39,41 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 30,73 miliar. Hal ini seiring dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan pada 2021. “Dengan demikian dividen per saham Rp 4,47 per saham,” tulis manajemen perseroan dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (20/4/2022).

PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) mencatatkan kinerja positif berdasarkan Laporan Keuangan (Audited) per 31 Desember 2021, WEGE mencatatkan laba bersih mencapai Rp216,39 miliar pada akhir 2021 atau naik 38,40 persen dibandingkan realisasi laba bersih pada 2020.

Peningkatan laba bersih tersebut didorong oleh pertumbuhan penjualan (tidak termasuk proyek kerjasama operasi/KSO) pada 2021, yaitu mencapai Rp3,17 triliun atau naik 12,74 persen dari realisasi penjualan 2020 sebesar Rp2,81 triliun termasuk dari Laba Ventura Bersama sebesar Rp83,05 miliar.

Sementara total aset mencapai Rp5,97triliun, ekuitas tercatat Rp2,38 triliun serta kas setara kas hingga akhir tahun 2021 sebesar Rp1,47 triliun.

"Dari kinerja perusahaan tersebut mencerminkan Current Ratio 1,45x, Net Profit Margin (NPM) tahun 2021 sebesar 6,83 persen dan Return on Equity sebesar 9,09 persen (di atas rata-rata industri),ujar Direktur Keuangan, Human Capital dan Manajemen Risiko Wika Gedung, Terang Syailendra Ogan.

 

3 dari 4 halaman

Belanja Modal

Sebelumnya, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk atau Wika Gedung (WEGE) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 315,5 miliar untuk tahun ini. Angka itu naik 150,4 persen dibandingkan rencana belanja modal tahun lalu sebesar Rp 126 miliar.

"Capex kami rencanakan di Rp 315,5 miliar di mana ada investasi dan capital employee yang akan kami gunakan untuk beberapa proyek yang sudah menjadi strategi Wika Gedung," ungkap Direktur Keuangan, Human Capital, dan Manajemen Risiko Wika Gedung Syailendra Ogan dalam MNC Group Investor Forum 2022, Rabu, 16 Maret 2022.

Adapun rinciannya, mayoritas untuk belanja modal capital employed sebesar 95,09 persen atau Rp 300 miliar. Sementara sisanya 4,91 persen atau Rp 15,5 miliar akan dialokasikan untuk investasi.

Tahun lalu, perseroan hanya mampu merealisasikan separuh dari target belanja modal, yakni Rp 6,9 miliar dari target Rp 126 miliar. Ogan mengatakan, hal itu lantaran kondisi pandemi COVID-19 yang masih belum pasti. Sheingga perseroan cukup hati-hati dan hanya mengalokasikan belanja modal untuk pembelian alat.

"Karena kondisinya kita masih wait and see dengan pandemi yang belum berakhir di 2021, kami hanya merealisasikan dari rencana Rp 126 miliar, hanya terealisasi Rp 6,9 miliar. Ini kita investasikan hanya untuk alat saja,” pungkasnya.

 

4 dari 4 halaman

Mitigasi Dampak Kenaikan Harga Komoditas

Sebelumnya, harga komoditas masih dalam tren naik. Kondisi ini menjadi potensi bagi perusahaan sektor komoditas. Namun, pada saat bersamaan terdapat sektor yang berpotensi mencatatkan peningkatan beban operasional akibat naiknya harga komoditas Yakni sektor yang menggunakan komoditas sebagai bahan baku, seperti industri semen.

Dengan demikian, maka juga akan berpengaruh pada sektor konstruksi dan karya, seperti PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk atau Wika Gedung (WEGE).

Meski begitu, Direktur Utama Wika Gedung, Nariman Prasetyo mengatakan perseroan telah memiliki sejumlah strategi untuk memitigasi dampak dari kenaikan harga komoditas.

"Strategi yang sudah reguler kami kerjakan, komoditas utama di building construction ini kita sudah punya kontrak payung. Sehingga kontrak dalam jangka tertentu terutama untuk satu tahun agende RKAP. Misalnya untuk besi beton dan pengerjaan betonnya," kata Nariman dalam MNC Group Investor Forum 2022, Rabu, 16 Maret 2022.

Selain itu, beberapa strategi lain dari sisi keuangan yakni perseroan  menggunakan sistem pembayaran bisa SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) atau SCF (Supply Chain Financing) yang disepakati bersama dengan pihak ketiga.

Menurut Nariman, hal ini dimaksudkan untuk mengunci tingkat kepastian harga-harga yang akan berjalan.

"Masuk semester II semua perhitungan akan kita reviu dengan impact atau proyeksi yang akan terjadi eskalasi dengan harga-harga dasar. Sehingga HPP kita juga harus disesuaikan dengan memitigasi berapa harga yang kita proyeksikan akan terjadi khususnya di agenda kerja di 2022," ujar dia.