Liputan6.com, Jakarta - Setiap 21 April dirayakan sebagai Hari Kartini. Pada momen Hari Kartini ini sebagai refleksi mengingatkan dan membangkitkan semangat perempuan saat ini yang meraih kesetaraan dalam segala bidang.
Kini perempuan memiliki peran penting di segala bidang. Hal itu termasuk dalam pengelolaan keuangan. Perempuan sering disebut sebagai manajer keuangan dalam rumah tangga.
Baca Juga
Namun, tak hanya bagi perempuan yang menikah saja tetapi perempuan single juga seharusnya juga melek keuangan untuk mengatur keuangannya. Hal ini agar perempuan dapat mampu menabung dan investasi sehingga membantu keuangan keluarga dan masa depannya lebih sejahtera ke depan.
Advertisement
Saat ini juga perempuan makin melek investasi. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor pasar modal sudah mencapai 8,39 juta orang hingga Maret 2022. Investor itu naik 12,13 persen dari periode 2021 sebesar 7,48 juta.
Di sisi lain, jumlah investor perempuan mencapai 37,11 persen dengan aset Rp 255,66 triliun. Memang jumlah investor perempuan ini masih rendah dibandingkan investor pria sebesar 62,89 persen dengan aset Rp 783,44 triliun. Namun, dari segi pekerjaan, ibu rumah tangga juga berperan sebagai investor di pasar modal.
Tercatat jumlah investor yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga mencapai 5,94 persen dengan aset Rp 52,9 triliun. Sementara itu, usia investor yang berada di usia 31-40 tahun mencapai 21,61 persen dan di bawah 30 tahun mencapai 60,18 persen, ini termasuk perempuan dan laki-laki. Bicara soal usia, tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu termasuk investasi.
Bagi perempuan berusia di atas 35 tahun yang ingin investasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Meski demikian, tentunya investasi yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai termasuk jangka waktunya.
Analis Kiwoom Sekuritas, Rizky mengatakan, pemilihan investasi bagi perempuan yang berusia di atas 35 tahun, sesuaikan tujuan yang ingin dicapai dan jangka waktunya.
"Kemudian untuk pemula, bisa berinvestasi di reksa dana, baik reksa dana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap. Namun, jika sudah memulai investasi sejak lama, bisa berinvestasi di pasar saham untuk mendapatkan return yang tinggi namun resiko yang diperoleh juga tinggi,” kata Rizky saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (21/4/2022).
Meskipun sudah memasuki usia di atas 35 tahun masih berpeluang untuk melakukan investasi karena usia tersebut masih masuk ke dalam kategori usia produktif. “Masih, karena di usia 30an masih bisa dikatakan usia produktif,” ujar Rizky.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Memilih Instrumen Investasi
Kemudian, Rizky menjelaskan terkait investasi yang cocok untuk investasi perempuan berusia di atas 35 tahun.
"Untuk investasi bagi perempuan yang sudah berusia di atas 35 tahun masih bisa berinvestasi di berbagai instrumen investasi agresif yang memberikan return yang cukup tinggi seperti saham atau reksa dana saham. Namun, jika sudah masuk usia 50an, lebih baik berinvestasi di obligasi atau reksa dana pasar uang," ungkapnya.
Rizky menegaskan, untuk pemilihan produk investasi bagi pemula untuk memilih instrumen investasi yang memiliki risiko rendah sampai menengah.
"Untuk pemilihan produk investasinya, untuk pemula pilihlah instrumen investasi dengan risiko rendah sampai menengah seperti reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap untuk menghindari kerugian yang cukup besar dan dalam berinvestasi disarankan untuk memilih instrumen investasi sesuai dengan risk profile masing-masing,” tegasnya.
Lalu, ia juga menuturkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan investasi agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
"Yang harus diperhatikan yaitu tujuan dan risk profile kita apa, kemudian Analisa terlebih dahulu instrumen-instrumen yang ingin kita pilih agar tidak terjadi kerugian-kerugian yang tidak diharapkan,” tuturnya.
Advertisement
Sambut Hari Kartini, Begini Cara Perempuan agar Tetap Bisa Investasi
Sebelumnya, peringatan Hari Kartini tiap 21 April acap menjadi momen refleksi atas peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangannya, perempuan kini memiliki ruang lebih besar untuk berpartisipasi dalam berbagai hal, termasuk urusan investasi.
Meski memiliki persamaan dari sisi hak, tetapi rupanya terdapat perbedaan dalam strategi investasi meski tak terlalu signifikan. Perencana Keuangan OneShildt Consulting, Risza Bambang menilai, laki-laki dan perempuan secara rata-rata punya perbedaan dalam naluri dan perasaan.
“Mungkin ini bisa berakibat pada perilaku berinvestasi, baik dalam memilih instrumen investasi, tingkat risiko, kepraktisan akses dan pelayanan, serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Tentunya ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan kehidupan selama ini dan jangka waktu horison atas tujuan investasinya,” ujar Risza kepada Liputan6.com, Rabu, 20 April 2022.
Biasanya, perempuan memiliki pengeluaran yang lebih banyak dibanding laki-laki. Terlebih saat sudah menikah, biasanya keperluan rumah tangga banyak diurus oleh perempuan. Ini sebabnya perempuan sering diposisikan sebagai bendahara keluarga. Untuk itu, perlu strategi agar investasi tetap jalan.
Menurut Risza, investasi sebaiknya dimulai sejak dini pada saat sudah memiliki penghasilan, apapun bentuknya. Idealnya, setoran investasi disisihkan pada saat awal menerima penghasilan, bukan berharap ada sisa penghasilan akibat belanja-belanja baik rutin, wajib, dasar maupun keinginan.
“Berharap ada sisa penghasilan di saat akhir sama seperti pungguk merindukan bulan, karena ini hanya ada di dalam angan-angan. Secara general, maka ini sulit diaplikasikan dalam kehidupan kita mengingat natural sifat manusia yang lemah atas godaan belanja dengan segala strategi promosinya,” kata Risza.
Disiplin Sisipkan Dana untuk Investasi
Untuk itu, investor harus disiplin untuk sisihkan minimal 10 persen atau sesuai kemampuan dan kemauan di saat menerima penghasilan.
Bahkan, Risza menilai perlu dipikirkan untuk melakukan investasi secara otomatis dengan autodebet atau mekanisme pemotongan digital tanpa perlu ada effort untuk transfer manual.
Catatan saja, bagi pemula disarankan memilih instrumen investasi yang memiliki risiko rendah. Jika sudah mengetahui cara kerja pasar moda, boleh beralih pada instrumen lain siring dengan profil risiko masing-masing.
"Tidak ada rule of thumb atas jenis instrumen investasi yang paling cocok, namun pemula janganlah berinvestasi pada produk-produk derivatif atau bahkan direct investment. Bisa mulai dengan pasar uang, reksa dana pasar uang atau campuran, obligasi pemerintah dan lain-lain yang beresiko rendah,” tandasnya.
Advertisement