Sukses

Wall Street Anjlok, Indeks Dow Jones Catat Koreksi Terbesar Sejak 2020

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 981,36 poin atau 2,8 persen menjadi 33.811,40.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Jumat, 22 April 2022. Indeks Dow Jones alami koreksi terburuk sejak pandemi COVID-19 dipicu laba perusahaan dan prospek kenaikan suku bunga mendorong aksi jual.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 981,36 poin atau 2,8 persen menjadi 33.811,40.  Penurunan indeks Dow Jones ini terbesar sejak 28 Oktober 2020.

Indeks S&P 500 susut 2,8 persen menjadi 4.271,78, dan merupakan hari terburuk sejak Maret 2022. Indeks Nasdaq melemah 2,6 persen menjadi 12.839,29.

Saham UnitedHealth melemah lebih dari tiga persen. Saham Caterpillar merosot 6,6 persen. Saham Goldman Sachs, Home Depot dan Visa juga menyumbang penurunan terbesar menjelang akhir pekan ini.

Dengan koreksi tersebut, indeks Dow Jones merosot 1,9 persen selama sepekan, dan alami penurunan mingguan selama empat minggu berturut-turut. Indeks S&P 500 menyusut 2,8 persen selama sepekan, dan mencatat penurunan mingguan dalam tiga minggu berturut-turut. Indeks Nasdaq tersungkur 3,8 persen.

Sementara itu, perusahaan yang melaporkan hasil kuartalan yang mengecewakan memimpin penurunan pasar pada Jumat, 22 April 2022.

Saham HCA Healthcare turun 21,8 persen dan alami kinerja terburuk di indeks S&P 500. Penurunan terjadi karena perusahaan membukukan laba dan panduan pendapatan yang melemah. 

"Investor tampaknya menjauh dari narasi tidak ada alternatif akhir-akhir ini dalam hal saham,” ujar Head of Investment Management Commonwealth Financial Network, Brian Price dilansir dari CNBC, Sabtu (23/4/2022).

Ia menambahkan, pada pekan ini sebagai minggu kedua berturut-turut arus dana keluar signifikan dari reksa dana saham.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Di sisi lain, sektor saham perawatan melemah. Saham Intuitive Surgical dan Universal Health Services masing-masing merosot 14,3 persen. Saham DaVita turun hampir 0,2 persen dan DexCom melemah 6,7 persen.

Saham Verizon turun 5,6 persen setelah perusahaan melaporkan kehilangan 36.000 pelanggan telepon bulanan pada kuartal I 2022. Saham Gap anjlok 18 persen setelah perseroan mengumumkan CEO divisi Old Navy Nancy Green meninggalkan posisinya pekan ini. Gap juga memangkas prospek pertumbuhan penjualan bersih pada tahun fiskal 2022.

"Ini semua tentang komentar Powell, tetapi pernyataan tentang peringatan mengenai pertumbuhan penjualan ke depan, memerangi inflasi akan menimbulkan rasa sakit,” ujar Ekonom Robertson Stephens Wealth Management, Jeanette Garretty.

Adapun koreksi di wall street yang terjadi pada Jumat pekan ini juga setelah pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell merusak sentimen pasar. Powell menuturkan, menjinakkan inflasi sangat penting dan kenaikan suku bunga 50 basis poin berpotensi terjadi pada Mei 2022.

3 dari 4 halaman

Dampak Inflasi

Analis Baird, Ross Mayfield menuturkan, ketegasan bank sentral dna kembalinya imbal hasil obligasi kembali menggerakkan pasar.

"Tidak ada yang sangat baru selain pengingat baru tentang perubahan monumental yang sedang berlangsung dalam kebijakan,” kata dia.

Ia menambahkan, Powell memang mencatat manfaat kenaikan suku bunga dan menjadi agresif lebih awal. “Ini membuat mereka berpotensi memangkas (suku bunga-red) jika ekonomi tersandung,” kata dia.

Pada Jumat pekan ini, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun tipis menjadi sekitar 2,9 persen. Sementara itu, saat ditanya mengenai potensi kenaikan suku bunga 75 basis poin, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland, Loretta Mester menuturkan, pihaknya tidak melihat angka kenaikan suku bunga tersebut. Ia mendukung kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Mei 2022.

“Meski April mencatat kenaikan rata-rata harga terkuat sejak perang dunia II, dan frekuensi kenaikan tertinggi kedua, prospek pengetatatan suku bunga lebih agresif oleh the Federal Reserve untuk respons inflasi yang tidak terlihat sejak awal 1980 terus bebani saham dan investor,” kata Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 21 April 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street berbalik arah ke zona merah pada penutupan perdagangan Kamis, 21 April 2022. Hal ini seiring lonjakan imbal hasil surat berharga atau obligasi AS mengimbangi optimisme yang datang dari rilis kinerja keuangan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 1,05 persen atau 368,03 poin ke posisi 34.792,76. Indeks S&P 500 merosot 1,48 persen menjadi 4.393,66. Indeks Nasdaq susut 2,07 persen menjadi 13.174,65.

Seiring koreksi yang terjadi pada Kamis pekan ini, indeks Nasdaq turun 1,3 persen selama sepekan. Indeks S&P 500 naik tipis. Indeks Dow Jones menguat sekitar 1 persen selama sepekan.

Rata-rata indeks acuan utama menguat tajam pada perdagangan sebelumnya. Indeks Dow Jones naik 0,9 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik lebih dari 1 persen.

Imbal hasil surat berharga menguat tajam dengan tenor 10 tahun diperdagangkan di atas 2,9 persen. Imbal hasil obligasi mendekati level tertinggi sejak akhir 2018.

Pada awal tahun, imbal hasil obligasi AS berada di posisi 1,5 persen dan melonjak karena the Federal Reserve (the Fed) memperketat kebijakan moneter untuk menahan kenaikan inflasi di AS.

"Meskipun kami memperkirakan inflasi akan segera mencapai puncaknya, jika itu belum terjadi, gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan dan peningkatan yang lambat dalam partisipasi angkatan kerja karena pensiun dan kekhawatiran yang berkelanjutan atas COVID-19 dapat dengan mudah menjaga tingkat inflasi lebih dari dua kali lipat, target the Fed dua persen,” tulis Chief Global Macro Strategist Ned Davis Research, Jsep Kalish dilansir dari CNBC, Jumat, 22 April 2022.

Ia menambahkan, akibatnya the Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga acuan lebih dari kisaran puncak 3,25 persen-3,5 persen.