Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 475,6 miliar atau Rp 61,75 per saham.
Selain untuk dividen tunai, Rp 20 miliar dari laba bersih tahun buku 2021 disisihkan untuk cadangan umum. Berdasarkan keterangan resminya dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/4/2022), sisanya sebesar Rp 969 miliar ditetapkan sebagai laba ditahan untuk membiayai kegiatan usaha Perseroan. Laba bersih perseroan sepanjang 2021 tercatat Rp 1,46 triliun.
Baca Juga
Dalam mata acara lainnya, RUPS juga menyetujui dan menerima baik pengunduran diri Mahdi Syahbuddin anggota Dewan Komisaris Perseroan terhitung sejak penutupan rapat.
Advertisement
Lalu, dengan adanya pengunduran diri tersebut, susunan anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah BTPN Syariahmenjadi sebagai berikut:
Direksi
Direktur Utama : Hadi Wibowo
Direktur : Gatot Adhi Prasetyo
Direktur Kepatuhan : Arief Ismail
Direktur : Fachmy Achmad
Direktur : Dwiyono Bayu
Dewan Komisaris
Komisaris Utama & Komisaris Independen : Kemal Azis Stamboel
Komisaris Independen: Dewie Pelitawati
Komisaris : Yenny Lim
Dewan Pengawas Syariah:
Ketua : Haji Ikhawan Abidin MA
Anggota : Haji Muhamad Faiz MA
Berikut ini merupakan jadwal pembagian dividen tunai BTPN Syariah:
1. Akhir Periode Perdagangan Saham Dengan Hak Dividen (Cum Dividen)
- Pasar Reguler dan Negosiasi 9 Mei 2022
- Pasar Tunai 11 Mei 2022
2.Awal Periode Perdagangan Saham Tanpa Hak Dividen (Ex Dividen)
- Pasar Reguler dan Negosiasi 10 Mei 2022
- Pasar Tunai 12 Mei 2022
3.Tanggal Daftar Pemegang Saham yang Berhak Dividen (Recording Date): 11 Mei 2022
4. Tanggal Pembayaran Dividen Tunai: 20 Mei 2022
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Kuartal I 2022
Sebelumnya, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatat kenaikan laba setelah pajak menjadi Rp 411 miliar selama kuartal I 2022. Kinerja laba itu tumbuh 10 persen Year on Year (YoY) dan 11 persen QoQ.
Pada periode yang sama pada tahun lalu, BTPN Syariah hanya berhasil mencatat laba setelah pajak sebesar Rp 375 miliar.
Sedangkan secara Net Margin Income BTPN Syariah pada kuartal 1 2022 menyentuh Rp 1,1 triliun, angka itu juga naik 17 persen secara YoY.
Direktur BTPN Syariah, Fachmy Ahmad mengungkapkan laba setelah pajak yang menyentuh Rp 411 miliar adalah yang tertinggi yang dicapai BTPN.
"Laba setelah pajak Rp 411 miliar merupakan yang terbaik selama kuartalan. Sebelumnya sempat menyentuh Rp 402 miliar. Namun selama 2021 tidak pernah menyentuh 400," ungkap Fachmy dalam acara Media Briefing, Senin (25/4/2022).
Fachmy juga menuturkan, pertumbuhan yang dicapai selama kuartal I 2022 cukup baik.
"Secara gambaran sejak 2021 hingga kuartal 2022 kita mengalami tantangan karena munculnya varian virus baru. Karena kita menangani nasabah secara langsung, maka ini menjadi tantangan, tetapi kita berhasil me-manage itu," ujar Fachmy.
Adapun dari segi operating income, BTPN Syariah juga berhasil mencatat kenaikan pada kuartal pertama 2022 yaitu Rp 1,18 triliun atau naik 2 persen QoQ dan 18 persen YoY. Meskipun begitu, pada kuartal pertama 2022 ini, Fachmy mengungkapkan beberapa cita-cita BTPN masih ada yang belum tercapai.
"Kita masih progres untuk punya internet dan mobile banking yang masih dalam tahap regulator. Kita optimis 2022 akan jadi lebih baik untuk BTPN Syariah," tutur dia.
Advertisement
Pembiayaan Ultra Mikro pada Kuartal I 2022
Inovasi Fondasi Digital
BTPN Syariah meyakini inovasi pondasi digital yang dikembangkan bagi kebutuhan masyarakat inklusi juga membawa pertumbuhan yang positif dan terjaga terhadap kinerja keuangan bank.
Hingga 31 Maret 2022, pembiayaan ultra mikro yang menjadi fokus bank tumbuh 10 persen menjadi sebesar Rp 10,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 9,7 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan ini disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap sehat tercermin dari Non Performing Financing (NPF) di bawah ketentuan regulator.
Bank juga tercatat masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di level 53 persen, jauh di atas ketentuan dan rata-rata industri bank syariah.
Dengan total aset tumbuh 11 persen (YoY) menjadi Rp 19,2 triliun. Adapun, dana pihak ketiga (DPK) dijaga di level yang efisien pada Rp 11 triliun.
Kinerja keuangan ini memberikan laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 411 miliar atau lebih tinggi dibandingkan kuartal satu sebelum pandemi.
Advertisement