Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) menjadi salah satu pemain dalam industri bank digital yang saat ini kian menjamur. Memulai perjalanan sejak 2014 dengan Tunaiku, Amar Bank telah melalui transformasi digital menjadi bank digital murni.
Dalam perkembangannya, Amar Bank telah membangun infrastruktur TI kelas dunia yang menjadi tulang punggung untuk dapat menyediakan layanan digital.
Baca Juga
Menurut Vishal, ada empat hal tambahan yang dibutuhkan bank digital untuk menjadi yang terdepan, ia menyebutnya sebagai A-B-C-D Teknologi Informasi, yakni Artificial Intelligence, Big Data, Cloud Computing, dan Data Analytics & Digital Decision Making.
Advertisement
“Ini adalah empat aspek yang menjadikan Amar Bank berada jauh di depan pemain mana pun di pasar saat ini. Setelah memulai dengan produk pinjaman, Amar Bank beruntung telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dan kecakapan dalam menyalurkan pinjaman, yang mencakup penilaian risiko dan penjaminan. Ini keunggulan kami dibandingkan kompetitor,” ungkap Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian, Selasa (26/4/2022).
Di sisi lain, pemerintah sedang menjadikan transformasi digital dalam sektor perekonomian sebagai salah satu prioritas dalam agendanya pada G20 Presidency tahun 2022. Khususnya untuk mendukung inklusi dan literasi keuangan.
Merujuk survei Bank Dunia, indeks inklusi keuangan dunia pada 2070 akan mencapai 68,52 persen, sementara di Indonesia saat ini masih di angka 48,86 persen. Vishal mencatat, hingga hari ini total ada sekitar 100 bank di Indonesia yang melayani puncak piramida penduduk, yakni sekitar 40 hingga 50 juta orang.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan Bank Amar
Sementara itu, sekitar 200 juta orang tidak memiliki rekening bank dan kurang terlayani. Artinya 100 bank tersebut hanya bisa melayani 40 juta. Amar Bank menyasar 200 juta orang sisanya sebagai target pasar perseroan.
“Oleh karena itu, saya pikir Indonesia membutuhkan lebih banyak pemain untuk dapat meningkatkan inklusi keuangan. Di situlah kami sebagai bank digital yang dilengkapi dengan teknologi canggih seperti AI, Big Data, dan Predictive Analytics, dapat benar-benar memberikan dampak positif kepada masyarakat,” kata dia.
Namun, mengembangkan bank digital bukan tanpa tantangan. Di Indonesia, Amar Bank melihat akuisisi nasabah menjadi tantangan terbesar saat ini.
Dari perspektif inklusi keuangan, meyakinkan nasabah mengapa mereka membutuhkan rekening bank digital adalah sebuah tantangan, karena beberapa dari mereka bahkan tidak menginginkan rekening bank tradisional. Sedangkan untuk tantangan ke depan, Amar Bank menyadari perlunya berhati-hati terkait konsep open banking.
“Ini berarti siapa pun dapat mengambil nasabah Anda karena Anda harus berbagi data, dan Anda juga dapat mengambil dari orang lain. Dengan demikian, retensi nasabah akan menjadi tantangan bagi semua pemain di masa depan,” ujar Vishal.
Advertisement
Rights Issue Ditargetkan Rampung 2022
Sebelumnya, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Aksi ini dalam rangka untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum sebagaimana disyaratkan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum (POJK No. 12/2020)
Bank Amar Indonesia akan meminta persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 Mei 2022 terkait aksi tersebut.
Executive Vice President Retail Banking Amar Bank, Abraham Lumban Batu mengatakan, perseroan juga tengah menjajaki investor potensial yang bakal mengeksekusi haknya pada saat rights issue, baik itu pemegang saham eksisting maupun calon pemegang saham baru.
Namun begitu, ia belum bisa menyebutkan pihak-pihak mana saja yang akan terlibat dalam rights issue Bank Amar.
“Kita tunggu konfirmasi karena terikat confidentiality. Kita jajaki dua-duanya. Mudah-mudahan tidak terlalu lama karena dari OJK juga targetnya tahun ini,” kata dia saat ditemui di Jakarta, Selasa, 26 April 2022.
Sebelumnya, manajemen mengumumkan rencana rights issue, di mana perseroan akan melepas sebanyak-banaknya 20 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Seluruh dana hasil PMHMETD ini, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan dan sebagai tambahan modal kerja perseroan dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Tolaram Eksekusi Rights Issue
Sebelumnya, pemegang saham PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) yaitu Tolaram Group Inc mengeksekusi haknya dalam penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) melalui penawaran umum terbatas I atau rights issue.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (27/2/2022). Tolaram melaksanakan HMETD sebanyak 5.185.664.589 saham Bank Amar dan pemesanan tambahan sebanyak 11.003.830 saham pada 18 Februari 2022. Harga perolehan saham Rp 173 dengan jumlah saham yang diperoleh 5.196.668.419 saham. Dengan demikian, nilai pelaksanaan rights issue itu sekitar Rp 899,02 miliar.
“Tujuan dari transaksi pelaksanaan HMETD dan pemesanan tambahan Bank Amar dalam rangka penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu I (PMHMETD I) dan status kepemilikan langsung,” tulis perseroan.
Setelah transaksi tersebut, Tolaram Group mengenggam 7.607.198.419 saham atau setara 55,04 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh Bank Amar. Sebelumnya Tolaram memiliki 2.410.530.000 saham AMAR atau setara 30 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh.
Advertisement