Sukses

Harga Komoditas Melonjak, Laba Garudafood Merosot pada Kuartal I 2022

Kenaikan harga komoditas berdampak terhadap laba PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) pada kuartal I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) merilis laporan keuangan kuartal I-2022. Pada periode tersebut, laba bersih perseroan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 24 persen dari periode yang sama tahun lalu. Yakni menjadi Rp 90,06 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 118,34 miliar.

Penurunan tersebut utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku serta bahan kemas sebagai dampak kondisi pandemi yang panjang. Sehingga memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku. Hal tersebut semakin diperburuk dengan krisis Rusia dan Ukraina yang menimbulkan multiplier effects yang sangat luas.

Padahal, dari sisi penjualan mengalami pertumbuhan 22,2 persen. Menjadi Rp 2,78 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,27 triliun.

Penjualan perseroan pada kuartal I 2022 ditopang oleh kategori makanan yang tumbuh 22 persen, dan memberikan kontribusi sebesar 88,8 persen dari seluruh porsi penjualan perseroan. Sedangkan sisanya, yakni kategori minuman tumbuh 23,3 persen.

Penjualan domestik perseroan naik sebesar 22,4 persen sementara di pasar ekspor naik 17,4 persen dari tahun sebelumnya.

"Kami bersyukur atas pertumbuhan penjualan di kuartal I tahun ini yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditunjang dengan semakin pulihnya ekonomi Indonesia karena penanganan Covid-19 yang semakin baik oleh pemerintah sehingga mobilitas masyarakat juga semakin tinggi,” ujar Direktur PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, Paulus Tedjosutikno.

Dari sisi liabilitas perseroan pada 31 Maret 2022 tercatat menjadi Rp 4,13 triliun atau naik 10,64 persen dari Rp 3,74 triliun pada akhir Desember 2021. Sementara ekuitas perseroan turun 3,59 persen menjadi Rp 2,92 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 3,03 triliun.

Adapun total aset Garudafood hingga Maret 2022 tercatat sebesar Rp 7,06 triliun, naik 4,27 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 6,77 triliun. perseroan juga memiliki kas dan setara kas lebih dari Rp 856 miliar di akhir 31 Maret 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Strategi Hadapi Kenaikan Harga Bahan Baku

Untuk menghadapi kenaikan harga bahan baku dan bahan kemas yang belum dapat diprediksi kapan akan berakhir, perseroan melakukan berbagai upaya. Antara lain kontrak jangka panjang untuk mendapatkan harga yang stabil dan jaminan pasokan, meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi gangguan di jalur logistik bahan baku sehingga kelangsungan proses produksi tidak sampai terganggu.

"Perseroan juga melakukan langkah-langkah inovasi untuk meredam dampak kenaikan bahan baku dan kemasan sehingga meminimalkan dampak kepada para konsumen setia kami,” ia menambahkan.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 28 April 2022, saham GOOD melemah 2,65 persen ke posisi Rp 550 per saham. Saham GOOD berada di level tertinggi Rp 570 dan terendah Rp 550 per saham. Total volume perdagangan 6.279.100. Nilai transaksi Rp 3,5 miliar. Total frekuensi perdagangan 873 kali.

Sepanjang 2022, saham GOOD menguat 4,76 persen ke posisi Rp 550 per saham. Saham GOOD berada di level tertinggi Rp 635 dan terendah Rp 478 per saham. Total volume perdagangan 695.847.000 saham dengan nilai transaksi Rp 359,4 miliar. Total frekuensi perdagangan 81.929 kali.

3 dari 4 halaman

Kinerja 2021

Sebelumnya, laba bersih perusahaan makanan dan minuman kemasan, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) sepanjang 2021 meningkat 63,77 persen menjadi Rp 424,83 miliar dari periode 2020 yaitu Rp 259,41 miliar.

Hal tersebut disampaikan manajemen Garudafood melalui keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 7 Maret 2022.

Meningkatnya laba bersih dihasilkan dari pendapatan perseroan yang meningkat 13,99 persen menjadi Rp 8,80 triliun pada 2021 dari sebelumnya sebesar Rp 7,72 triliun pada 2020. Meski beban penjualan dan biaya lainnya meningkat, perseroan mampu menurunkan beban umum dan Administrasi, biaya keuangan dan beban lainnya.

Perseroan juga diuntungkan dari penghasilan lainnya. Laporan keuangan perseroan mencatat penghasilan lainnya meningkat menjadi sebesar Rp 90,94 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 67,68 miliar.

Peningkatan laba bersih Garudafood tersebut membuat laba bersih per saham perseroan naik sebesar 64,77 persen menjadi Rp 11,60 per saham pada 2021, dari sebelumnya Rp 7,04 per saham.

Total aset Garudafood juga tercatat meningkat menjadi sebesar Rp 6,77 triliun pada 2021 dari sebelumnya sebesar Rp 6,67 triliun. Jumlah ekuitas perseroan mencapai sebesar Rp 3,03 triliun, sementara jumlah liabilitasnya sebesar Rp 3,73 triliun.

Total kas dan setara kas Garudafood Putra Putri Jayaper 31 Desember 2021 tercatat sebesar Rp 904,33 miliar, naik dari 2020 yang mencapai Rp 859,34 miliar.

 

 

4 dari 4 halaman

Belanja Modal 2022

Sebelumnya, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 350 miliar pada 2022.

Direktur PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, Paulus Tedjosutikno menyebutkan, belanja modal tersebut sudah termasuk belanja modal anak perusahaan.

"Alokasi capex tahun ini, Garudafood beserta anak perusahaan total merencanakan sekitar Rp 350 miliar,” ungkap Paulus dalam paparan publik perseroan, Kamis, 31 Maret 2022.

Ia menjabarkan, belanja modal tahun ini sebagian besar akan dialokasikan untuk menjaga kualitas dan kapasitas yang ada. Selain itu, juga untuk melakukan penambahan kapasitas untuk lini-lini di mana produknya memang mengalami peningkatan permintaan, baik di Garudafood maupun di anak perusahaan salah satunya PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU).

“Untuk rencana ke depannya, perseroan akan melakukan pengembangan bisnis melalui tiga pilar utama yaitu pengembangan pasar domestik, internasional dan bisnis baru,” ungkap Paulus.

Ketiga pilar ini dilandasi oleh keandalan, efektivitas, dan efisiensi operasional secara end-to-end serta sistem yang dibangun secara berkesinambungan.

Perseroan juga akan meningkatkan produktivitas melalui beberapa pengembangan sistem berbasis teknologi baik dari sisi penerimaan order dari pelanggan serta dari sisi produksi dan supply chain management. Implementasi teknologi digital diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis Perseroan.